Layar lebar dipenuhi bayangan gothic tahun ini. Sebelum film megahnya memikatmu, temukan dulu kegelapan asli yang tersembunyi di halaman buku-buku gothic klasik dan modern.
Tahun ini, dunia sinema tampaknya sedang jatuh cinta lagi pada pesona gelap dan misterius dari kisah gothic. Dengan hadirnya adaptasi megah seperti Frankenstein karya Guillermo del Toro, Wuthering Heights versi Emerald Fennell, hingga Dracula: A Love Tale garapan Luc Besson, genre ini kembali bangkit; menampilkan romansa, tragedi, dan misteri.
Namun sebelum kamu menyaksikan kisah-kisah ini di layar lebar, kenapa tidak terlebih dahulu menelusuri keindahan mencekamnya langsung dari sumber aslinya?
Berikut adalah rekomendasi buku-buku gothic klasik (plus beberapa modern favorite!) yang akan membuatmu jatuh cinta pada sisi gelap sastra.
1. Jane Eyre oleh Charlotte Brontë
Jika kamu berencana menonton Wuthering Heights, kamu wajib juga membaca mahakarya sang kakak, Jane Eyre. Novel ini memadukan romansa, misteri, dan kritik sosial dalam satu kisah yang menghantui. Ikuti perjalanan Jane, seorang yatim piatu yang jatuh cinta pada Tuan Rochester, pria misterius dengan rahasia kelam di rumah besar Thornfield Hall. Kisahnya tak hanya romantis, tapi juga menyentuh perjuangan perempuan mencari kebebasan dan harga diri di tengah dunia yang gelap dan penuh rahasia.
2. Carmilla oleh Joseph Sheridan Le Fanu
Sebelum Dracula, ada Carmilla; kisah vampir wanita yang anggun sekaligus misterius. Diterbitkan 26 tahun sebelum karya Bram Stoker, novel ini dianggap sebagai pelopor gothic vampire romance. Dengan atmosfer yang penuh pesona kelam dan nuansa kematian yang melingkupi setiap halaman, Carmilla adalah kisah yang memikat sekaligus menegangkan, lebih memesona daripada menakutkan.
3. The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde oleh Robert Louis Stevenson
Nama “Hyde” mungkin terdengar familiar bagi kamu yang menonton Wednesday, karena serial itu menggunakan kisah Jekyll dan Hyde sebagai metafora sang monster tersembunyi. Novel ini menggali sisi tergelap manusia, tentang bagaimana satu orang bisa menyimpan dua kepribadian yang bertolak belakang: sang dokter terhormat dan alter ego-nya yang jahat. Sebuah kisah abadi tentang moralitas, identitas, dan batas tipis antara kebaikan serta kejahatan.
4. The Fall of the House of Usher oleh Edgar Allan Poe
Tak ada daftar sastra gothic tanpa sang maestro kegelapan, Edgar Allan Poe. Kisah keluarga Usher yang perlahan dilanda kegilaan dan kehancuran ini adalah mahakarya tentang keturunan, kesedihan, dan kematian. Rumah tua yang seolah hidup dan atmosfer depresif yang meresap di setiap halaman menjadikannya karya paling ikonik Poe.
5. We Have Always Lived in the Castle oleh Shirley Jackson
Dari penulis The Haunting of Hill House, kisah ini membawa kita ke dunia dua saudari eksentrik yang hidup terisolasi setelah tragedi misterius menimpa keluarga mereka. Suasana di rumah itu aneh, menegangkan, dan seperti mimpi buruk yang indah sekaligus menakutkan. Shirley Jackson menggabungkan gothic dan psikologi dengan sempurna, membuat kita terus bertanya: siapa sebenarnya monster di balik semua ini?
6. The Mysteries of Udolpho oleh Ann Radcliffe
Disebut sebagai “ibu dari semua novel gothic,” karya Ann Radcliffe adalah blueprint dari kisah-kisah gothic yang lahir sesudahnya. Buku ini menghadirkan semua elemen yang kini kita cintai dari genre ini: kastil terpencil di puncak gunung, lorong-lorong gelap penuh rahasia, dan ancaman yang mengintai di setiap bayangan. Di tengahnya, seorang perempuan muda berani menantang kekuatan jahat demi kebebasannya. The Mysteries of Udolpho adalah bacaan wajib bagi pencinta aura misteri dan keindahan melankolis abad ke-18.
7. Rebecca oleh Daphne du Maurier
Bayangkan: kamu menikah dengan pria kaya misterius dan pindah ke rumah megahnya di tepi laut, hanya untuk terus dihantui oleh bayang-bayang istri pertamanya yang sudah meninggal. Rebecca adalah kisah penuh atmosfer menegangkan, romansa kelam, dan misteri psikologis yang akan membuat kamu sulit berhenti membaca. Tak heran karya ini diadaptasi menjadi film legendaris oleh Alfred Hitchcock, karena pesona kelam Manderley terus hidup di benak siapa pun yang membacanya.
8. The Turn of the Screw oleh Henry James
Seorang pengasuh muda dikirim ke rumah pedesaan untuk merawat dua anak yatim. Namun perlahan, ia mulai melihat penampakan—apakah itu benar-benar hantu, atau sekadar bayangan dari pikirannya yang mulai rapuh? The Turn of the Screw adalah kisah psikologis yang membuat pembaca terus meragukan kenyataan hingga halaman terakhir, sempurna bagi kamu yang menikmati ketegangan tanpa darah, hanya suasana, ambiguitas, dan kegilaan.
9. The Shadow of the Wind oleh Carlos Ruiz Zafón
Stephen King pernah berkata, “Jika kamu mengira novel gothic sejati telah mati di abad ke-19, buku ini akan mengubah pikiranmu.” Dan benar saja, The Shadow of the Wind adalah karya yang membawa nuansa gothic ke abad modern. Di tengah reruntuhan Barcelona pasca perang, Daniel menemukan sebuah buku misterius, dan bersamanya, rahasia kelam yang menuntunnya ke dunia penuh intrik, tragedi, dan obsesi. Zafón membuktikan bahwa jiwa gothic belum mati, hanya bereinkarnasi dalam wujud yang baru dan memukau.
10. Mexican Gothic oleh Silvia Moreno-Garcia
Sebagai penutup, Mexican Gothic adalah bukti bahwa genre ini masih berevolusi dengan sentuhan budaya baru. Berlatar di Meksiko tahun 1950-an, Noemí Taboada dikirim ke rumah sepupunya yang baru menikah, hanya untuk menemukan rahasia mengerikan di dalam dinding rumah tua keluarga Inggris itu. Dengan nuansa cosmic horror dan pesan tentang kolonialisme serta feminisme, buku ini adalah modern gothic masterpiece yang tidak boleh kamu lewatkan.
Sebelum kisah-kisah ini hadir dalam bentuk visual, nikmatilah keindahan dan kegelapan ceritanya dalam bentuk paling murni; di halaman-halaman buku. Karena tidak ada yang lebih gothic daripada imajinasi yang bekerja di kepala pembacanya sendiri.