Kolaborasi tak terduga: rumah mewah bertemu couture dari Saniharto dan Tex Saverio menghadirkan Melati Collection, furniture yang merangkum kehalusan bunga nasional dalam setiap lekuknya.
Citra mewah bertemu warisan kerajinan tangan dalam Melati Collection, kolaborasi terbaru antara pembuat furnitur mewah Indonesia, Saniharto, dan desainer internasional Tex Saverio. Diluncurkan di Jakarta pada 15 Oktober 2025 untuk merayakan 35 tahun Saniharto, koleksi ini mengangkat simbol melati yaitu bunga nasional yang melambangkan kesucian dan kelembutan. Sebagai inspirasi utama, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa material, tekstur, dan siluet furnitur kontemporer.
Berbeda dari furnitur massal, Melati Collection dirancang sebagai tiga “hero piece” yang masing-masing bercerita: Mahkota, lemari arsitektural yang penuh ukiran dan detail ornamental; Jenar, credenza serbaguna yang mengkombinasikan fungsi dan estetika; serta Sekar, meja fokus yang menyeimbangkan struktur inovatif dengan keanggunan visual. Ketiga karya ini dipahat dari oak cokelat tua, diperkaya aksen brass dan trim emas—pilihan material yang sengaja dipilih untuk mengekspresikan kelembutan kelopak melati sekaligus mempertahankan wibawa material mewah.
Bagi Tex Saverio, yang dikenal lewat busana couture bertema teatrikal, pekerjaan ini adalah bentuk ekspansi kreativitas: “Melati merepresentasikan dualitas yakni sederhana namun sarat makna dan itu yang ingin saya bawa ke dalam furnitur: karya yang menghiasi ruang sekaligus menuturkan cerita,” ucapnya. Perpaduan visi Tex Saverio dengan warisan keterampilan tangan Saniharto menghasilkan objek yang tidak hanya fungsional, tetapi juga sarat simbolisme di setiap garis, lekukan, dan pilihan logam seolah menerjemahkan bahasa bunga menjadi bahasa ruang interior.
Proyek ini juga menandai tonggak penting bagi Saniharto: merayakan 35 tahun yang ditandai komitmen terhadap craftsmanship, keberlanjutan, dan jangkauan internasional. Merysia Enggalhardjo, CEO Saniharto, menyebut Melati Collection sebagai “tribut tertinggi” atas dedikasi perusahaan. Sebuah kombinasi inovasi dan tradisi yang memperlihatkan bahwa produk Indonesia mampu bersanding di pasar global. Francine Denise, Design Director yang kembali berkolaborasi setelah karya sukses sebelumnya, menambahkan bahwa koleksi ini merajut estetika budaya lokal ke dalam bahasa desain kontemporer yang universal.
Proses kreatif Melati Collection bukan hal instan. Ide yang lahir dari kekaguman Saniharto terhadap sentuhan khas Tex Saverio berkembang selama lima tahun; sebuah perjalanan panjang yang melibatkan prototyping, pemilihan material ketat, serta teknik finishing rumit yang menjaga keseimbangan antara bentuk artistik dan fungsi. Hasilnya adalah furnitur yang mampu menjadi point ruang tanpa kehilangan konteks kenyamanan dan kemewahan sehari-hari.
Koleksi ini juga menyiratkan pesan ekonomi kreatif: bahwa sinergi lintas disiplin dari fashion ke furniture yang mampu menciptakan produk bernilai tinggi yang mengangkat identitas budaya. Saniharto, yang selama 35 tahun berkiprah dalam proyek perhotelan mewah dan residensial premium (sejumlah proyek besar termasuk Raffles, Fairmont, dan Park Hyatt), menempatkan Melati Collection sebagai bukti kemampuan manufaktur lokal berskala dunia. Bukan hanya soal estetika, melainkan juga soal kemampuan memproduksi dengan kualitas yang memenuhi standar internasional.
Bagi pasar, Melati Collection hadir pada momen yang strategis: konsumen premium kini mencari barang yang bukan sekadar alat, melainkan pernyataan gaya hidup bagi obyek yang mengandung nilai cerita, craftsmanship, dan origin. Koleksi ini menjawab kebutuhan itu; setiap potong berfungsi sebagai pernyataan rumah, menarik bagi kolektor desain, desainer interior, maupun pemilik hunian yang ingin menghadirkan unsur budaya ke dalam ruang modern.
Peluncuran Melati Collection juga membuka dialog tentang keberlanjutan: Saniharto menekankan penggunaan material yang bertanggung jawab dan praktik produksi yang mengedepankan etika kerja. Dalam konteks ini, koleksi menjadi contoh bagaimana luxury dan sustainability bisa berjalan beriringan dengan mewujudkan furnitur yang tahan lama, relevan secara estetika, dan bermakna secara kultural.