Siapa yang sangka, memaksa diri untuk berpikir positif untuk menghindari stress adalah akar dari stress itu sendiri?
Setiap hal memang memiliki takarannya, tidak kurang dan tidak lebih. Sama halnya dengan sikap positif. Toxic positivity adalah fenomena dimana anda memaksakan diri untuk harus merasa positif setiap saat. Emosi-emosi selain bahagia seperti sedih dan marah diabaikan ditolak untuk diakui dan dikenali, sehingga kita memaksa diri untuk merasa bahagia apapun situasinya.
Kata-kata penyemangat seperti “semangat” dan “bersyukur, orang lain lebih buruk” bisa memiliki dampak berbeda dari dampak yang dituju. Kata-kata yang dianggap penyemangat tersebut dan dianggap tidak berbahaya dapat menjadi bumerang pada diri kita sendiri.
Dilansir dari The Psychology Group, anda menerapkan toxic positivity pada kehidupan sehari-hari jika anda:
1. Mengabaikan emosi negatif diri
Sikap positif memang diperlukan, namun kita juga perlu untuk mengakui dan merangkul emosi negatif. Jika emosi diri terus menerus diabaikan, tanpa kita sadari emosi negatif tersebut akan menumpuk dan menimbulkan masalah yang tidak terselesaikan.
2. Merasa bersalah jika merasa emosi negatif
Sikap “kita harus bersyukur, orang lain bisa lebih buruk” dapat menjadi salah satu sumber toxic positivity. Perasaan dan kapasitas tiap orang berbeda ketika dihadapi dengan masalah, maka dari itu janganlah merasa bersalah jika anda merasa sedih atau marah.
3. Tidak mengakui perasaan orang lain
Memiliki mindset positif memang baik, namun, jangan memaksakan sikap positif tersebut pada orang lain. Jangan mengabaikan perasaan orang lain dengan mengatakan “anda masih beruntung”. Tiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi masalah, maka, akuilah perasaan mereka dan jangan mengabaikannya.
4. Menyembunyikan perasaan sejati diri
Mengunggah kutipan-kutipan positif ketika anda sesungguhnya sedang tidak merasa positif dapat menjadi salah satu sikap toxic positivity. Anda tidak perlu selalu terlihat bahagia di hadapan orang lain, dan memaksakannya dapat menambah beban pikiran dan diri.
Alangkah baiknya jika kita kenali dan akui semua emosi kita. Sikap positif memang diperlukan, namun tidak secara berlebihan.