Share
“The Tinder Swindler”, Film Dokumenter Ungkap Modus Penipuan Bermodal Rayu di Dating App
Dewi Anggriani
22 February 2022

Aplikasi kencan online saat ini memang masih menjadi salah satu cara jitu untuk mendapatkan pasangan dalam dunia maya. Namun apa jadinya apabila aplikasi yang mengatasnamakan hubungan asmara tersebut ternyata justru menjadi platform bagi pelaku tindak kejahatan yang menjadikan wanita sebagai korban utamanya, persis seperti yang dikisahkan oleh film dokumenter garapan sutradara Felicity Morris yang berjudul, “The Tinder Swindler” yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat.


Layanan streaming Netflix resmi merilis film dokumenter true-crime terbarunya yang berjudul, “The Tinder Swindler” pada 2 Februari 2022 lalu. Film dokumenter ini menguak tentang modus penipuan berbasis online melalui Dating App dengan menjadikan wanita sebagai korban utamanya. Film ini juga mengungkap sosok Simon Hayut alias Simon Leviev, seorang crazy rich Israel gadungan berparas tampan dengan finansial mapan yang berhasil melancarkan aksinya hanya dengan melontarkan rayuan gombal.

Film ini dibuka dengan penuturan dari tiga korban yang mengawali perjumpaannya dengan Simon melalui apilikasi kencan tersebut. Siapa yang tidak terpikat akan sosok tampan rupawan dengan tunggangan jet pribadi dan kehidupan mewah yang dipenuhi gemerlap serta hingar-bingar pesta, mobil keren, barang-barang branded, dan terlahir sebagai putera konglomerat pengusaha berlian asal Israel. Sayangnya, itu semua hanya sebuah bualan belaka. Tidak pernah terbayangkan di benak para korban, bahwa dalam satu kali swipe right bisa benar-benar mengubah hidup mereka untuk selamanya.

Para korban dalam film dokumenter tersebut menceritakan bagaimana Simon meyakinkan mereka untuk menjalin hubungan yang serius dengan memperlakukan wanita bak princess dari negeri dongeng dengan kisah cinta yang sempurna. Simon tahu betul bagaimana cara mempermainkan sisi emosional wanita dengan cerita-cerita sedih yang sengaja ia ciptakan untuk menjerat korbannya. Ia membangun hubungan personal yang baik terhadap korban wanitanya. Contohnya pada kencan pertama, Simon seolah membuka perihal kehidupan pribadinya untuk menciptakan kedekatan dan perasaan saling percaya. Kemudian ia mulai berjanji untuk menjalin hubungan yang serius dengan para korbannya. Ia lalu mulai menjalin hubungan asmara dan tinggal bersama.

Setelah takluk, barulah giliran Simon yang berada dalam posisi iba dan membutuhkan pertolongan dari para korbannya. Melalui iming-iming dan semua kemewahan yang ia berikan di awal hubungan, para korban pun merasa percaya dan akhirnya semakin yakin untuk membuka diri kepada pria penipu tersebut. Simon berhasil mencuri banyak hati para wanita untuk jatuh cinta dan memberikan kepercayaan mereka seutuhnya. Tanpa berfikir panjang dan atas nama kemanusiaan, para korban menuruti dan memberikan apa yang dibutuhkan Simon. Ketika kepercayaan korban telah ia dapatkan sepenuhnya, Simon pun memulai aksi penipuannya. Ia sengaja berbohong dengan mengaku sedang dikejar-kejar oleh orang yang membenci dirinya. Agar aksinya semakin meyakinkan, Simon bahkan mengarang skenario dengan mengirimkan foto bodyguard-nya yang berlumuran darah karena berusaha menyelematkan dirinya dari kejaran musuh.

Dalam filmnya disebutkan bahwa Simon telah mendapatkan uang sebanyak USD10 juta atau sekitar Rp 144 miliar dari aksinya. Melalui skema Ponzi yang rumit, Simon akhirnya menipu para korban di Norwegia, Finlandia, dan Swedia.

Meski merupakan jenis film dokumenter, The Tinder Swindler menyajikan sensasi yang berbeda dengan film dokumenter lainnya. Layaknya menonton film bergenre thriller, penonton dibuat ikut merasakan ketegangan dan emosi yang campur aduk menyaksikan bagaimana penggambaran adegan demi adegan yang dilakukan oleh Simon dalam modus penipuannya.

Film ini juga menyajikan tampilan yang sangat apik dengan alur cerita yang tidak berbelit dan mudah dipahami. Film ini sekaligus menjadi peringatan dan gambaran bagaimana kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja bahkan dengan mengatasnamakan hubungan asmara. Jangan mudah terbuai dengan iming-iming menggiurkan dan semua hal yang terlihat di internet. Semua hal yang terlihat begitu sempurna mungkin saja adalah sebuah kemustahilan belaka.

Setelah tayang sepekan, film garapan sutradara Felicity Morris ini menjadi perbincangan hangat dan berhasil mencuri perhatian penonton hingga menempati posisi dalam daftar film paling dinikmati di Netflix. Sejak kasusnya viral, Tinder sudah memblokir Simon Leviev mencari korbannya di layanan aplikasi kencan itu. The Tinder Swindler sepertinya wajib untuk masuk list tontonan Anda berikutnya.