Share
The Alpha under 40: Kreatif dan Imajinatif, Seni Rajut Mulyana ‘MangMoel’ Mendunia
Annisa Laksmi
15 November 2022

Eksplorasi warna dan tekstur dalam berbagai bentuk yang memancing sensasi dan imajinasi, rajutan Mulyana sebagai luapan ekspresi dan kreatifitas jadi karya seni yang memukau. Populer dipamerkan di berbagai artspace di Indonesia, ternyata karya-karya Mulyana sudah terlebih dahulu melanglang buana ke berbagai festival dan galeri seni di dunia.


Benang rajut dan teknik rajut crochet. Keduanya bukanlah pilihan materi dan metode yang umum digunakan bagi para seniman, terlebih seniman pria. Karya-karya berbasis benang kerap dianggap sebagai ‘kerajinan tangan’, ketrampilan yang melayani sebuah fungsi, daripada sebagai ‘seni’, yang mengandung estetika dan nilai-nilai artistik.

Sea Remembers (2018)

Mulyana, seniman kelahiran Bandung yang kini berbasis di Yogyakarta, tak gentar mendobrak berbagai batasan ini. Dengan piawai ia mentransformasi sebuah material yang biasa menjadi sesuatu yang luarbiasa—mahakarya kontemporer yang hamper semuanya dibuat melalui teknik rajut crochet. Instalasi seni oleh Mulyana umumnya berwarna-warni cerah, imersif, dan dapat dinikmati oleh kalangan dari semua usia. Mulyana, yang biasa dipanggil Mang Moel, awalnya dikenal karena karyanya berupa Mogus, sebuah karakter monster gurita imaginer yang ia ciptakan pada tahun 2008 untuk mewakili alter-egonya.


Karya seni Mulyana pun berhasil mencuri perhatian penikmat seni, galeri seni, serta festival seni dari berbagai penjuru dunia. Mulyana telah menyenggarakan berbagai pertunjukan tunggal, diantaranya di Ryuguji Temple di Fukuoka, Sapar Contemporary di New York, Korean Craft and Design Foundation di Seoul, dan The Goods Shed (FORM) di Perth. Ia juga pernah dianugerahi residensi di Jepang, Korea Selatan, Australia dan Yogyakarta, dan telah terlibat dalam pertunjukan kelompok seperti ARTJOG MMXXII di Yogyakarta, Cheongju Craft Biennale di Korea Selatan, Melbourne Fringe Festival, dan Orange County Museum of Art di California. Rumah mode papan atas HERMES pun melirik karya-karyanya, bahkan mengkomisikannya untuk menghias window display untuk butik HERMES di Shanghai, Seoul dan Singapura.

Satu (2018)

Mulyana menemukan ciri khasnya sebagai perupa ketika ia menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, dengan jurusan Pendidikan Seni Rupa. Walaupun ketrampilan merajut sering dianggap sebagai skill bagi para wanita, Mulyana merasakan panggilan yang kuat untuk mengekspresikan sisi kreatifnya melalui metode ini. “Ketika saya mulai belajar crochet di tahun 2006, saya tertarik dengan kombinasi science dan kreatifitas di dalamnya. Untuk membuat suatu pola, kita harus dapat menghitung dengan cermat, namun juga diperlukan kreatifitas untuk mengembangkan bentuk, memadukan warna, dan mengembangkan komposisi,” katanya.


Sebagai media untuk mengekspresikan diri, karya-karya seninya yang banyak bernuansa dunia bawah air berfungsi untuk menyampaikan pengingat bagi para penikmat seni bahwa di luar sana masih banyak keindahan alam yang patut dilestarikan. Sebagai perupa, pekerjaannya tidak akan pernah selesai. “Karya seni saya terbuat dari potongan-potongan modular dan itu adalah karya seni yang tumbuh dan berkembang. Untuk membuat instalasi, modul digabungkan sesuai dengan ruang yang tersedia. Titik akhirnya tidak terbatas. Dan selalu ada kemungkinan perupa lain akan mengambil alih dan menjaga agar karya seni tetap 'hidup'!" jelasnya dalam sebuah wawancara dengan TextileArtist.org.

Into the Abyss (2021)
Dalam proses-proses produksi instalasi skala besar, tak dipungkiri adanya keterlibatan dengan orang-orang lain disekitarnya. Dalam perjalanannya ke berbagai negara, Mulyana memperhatikan dan mengambil inspirasi dari komunitas yang ia kunjungi. Dan di tanah air, ia melibatkan komunitas ibu-ibu perajut di Yogyakarta, untuk membantunya membuat berbagai rajutan. "Saya berpikir tentang orang lain lebih banyak dan saya melihat melampaui aspek kehidupan pribadi dan individu. Saya mempertimbangkan efek sosial dan kekuatan yang semakin besar ketika karya seni dibuat dalam suatu komunitas. Seni bukan hanya tentang bagaimana kita mengekspresikan dan mengejar kebahagiaan pribadi kita, tetapi cara berbagi kemungkinan dan kepekaan kepada orang lain,” ucapnya.


Kreatifitas tidaklah berbatas. Dengan seutas benang, Mulyana berhasil mengharumkan namanya sebagai salah satu perupa Indonesia yang menciptakan dampak positif dan berkelanjutkan dalam usianya yang masih muda. Tak diragukan lagi, dengan kreatifitas dan bakat artistiknya yang sensasional, karya-karyanya akan selalu dinanti oleh penikmat seni seluruh dunia.