Seniman macramé visioner Agnes Hansella mendobrak kerajinan tradisional ini dengan menggunakan bahan dan motif kontemporer yang memikat, juga struktur yang unik.
Agnes Hansella awalnya berkarier di bidang sound design setelah meraih gelar dari Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2015, namun ternyata jalan hidup membawanya ke dunia makrame. Perjalanan Agnes dalam bidang makrame dimulai secara tak terduga ketika, pada tahun 2017, ia mencari tali makrame untuk ibunya, yang ingin mempelajari kerajinan tersebut untuk terapi fisik. Pencarian ini memicu minatnya untuk mencoba seni mengikat ini, yang juga memberikan kontras yang menyegarkan dengan pekerjaannya di bidang suara digital. Makrame, kerajinan yang sudah ada sejak abad ke-13, biasanya melibatkan simpul tali dan benang untuk menciptakan pola dekoratif. Agnes merevolusi kesenian ini dengan menciptakan karya yang sering kali melepaskan diri dari pendekatan tradisional, seperti melakukan ikatan dari bawah ke atas, atau dengan mengikat bentuk-bentuk struktural, berbeda dengan macrame yang biasanya dikerjakan dari atas ke bawah dengan bidang datar.
Melalui keseniannya, Agnes mengkombinasikan teknik simpul tradisional ini dengan spektrum bahan yang luas, memamerkan potensi imajinasinya yang tak terbatas. Di antara karya-karyanya yang paling terkenal adalah tiga instalasi besar untuk Locca Bali, berjudul Mountains, Ocean and Sunset, yang masing-masing menggambarkan pemandangan Jimbaran yang menakjubkan. Instalasi-instalasi ini menutupi sisi sebuah bangunan, menunjukkan kemampuannya untuk menciptakan seni berskala besar dengan tetap mempertahankan detail yang rumit. Selain itu, Agnes telah berkolaborasi dengan merek-merek mewah seperti Hotel Marriott, Louis Vuitton, dan Hermès, yang menonjolkan keluwesannya dalam komunitas seni. Karya penting lainnya adalah rangkaian struktur 3D-nya yang terinspirasi oleh virus dan mikroorganisme. Selain tali, seniman kelahiran Banjarmasin ini juga telah menerbitkan sebuah buku, Macrame Book Kreasi Tali Untuk Dekorasi Rumah pada tahun 2019.
Hubungan emosional yang dijalin Agnes dengan macramé sangat dalam. Baginya, membuat simpul bukan sekadar teknik, tetapi proses meditasi yang memungkinkannya menemukan ketenangan di tengah kekacauan hidup. Ia menggambarkan macramé sebagai cara untuk membenamkan dirinya dalam momen saat ini, memberikan bukti nyata tentang keberadaannya melalui tekstur dan bentuk yang ia ciptakan.
Semangat Agnes untuk mengeksplorasi dan berinovasi melalui media macramé menggarisbawahi keyakinannya bahwa seni harus terus menantang ekspektasi konvensional. Saat seniman berusia 32 tahun ini bereksperimen dengan pola, ukuran, dan bahan, komitmennya untuk mendorong batasan macramé menjadi bagian dari lintasan kreatifnya. Karya-karya terbarunya mengambil inspirasi dari warna dan motif yang kaya dari tekstil tradisional Indonesia, seperti ikat dan tenun, dan dalam karya-karya lainnya, ia telah memanfaatkan bahan-bahan yang tidak konvensional seperti kabel, selang, paracord, kabel serat optik, dan pita kaset. Ke depannya, ia berharap untuk memasukkan elemen-elemen lain untuk melengkapi keseniannya, seperti lampu atau suara.