Share
Angkat Isu Kekerasan dalam Rumah Tangga, Film “Sehidup Semati” Tayang di Bioskop Hari Ini!
Dewi Anggriani Siregar
11 January 2024

Dunia perfilman tampaknya dibuka dengan segar oleh sutradara Upi melalui genre thriller-horror “Sehidup Semati” yang diproduseri oleh Chand Parwez Servia.


Akan tayang di bioskop Indonesia pada 11 Januari 2024, film “Sehidup Semati” dibintangi oleh sederet aktris peraih tiga Piala Citra FFI (2010, 2020, dan 2023) Laura Basuki, peraih nominasi pemeran pendukung perempuan terbaik FFI 2020 dan 2021 Asmara Abigail, dan peraih nominasi pemeran utama pria terbaik FFI 2014, 2018, dan 2020 Ario Bayu. Selain ketiganya, film “Sehidup Semati” juga dibintangi oleh Chantiq Schagerl, Maya Hasan, Lukman Sardi, Whani Darmawan, Aqeela Dhiya, Ivanka Suwandi, Elly D Luthan, Verdi Solaiman, Patty Angelica Sandya, dll.

Film produksi Starvision yang diproduseri Chand Parwez dan sutradara Upi ini akan menceritakan tentang kisah Renata yang diperankan oleh Laura Basuki, perempuan lemah lembut yang dibesarkan dari keluarga yang sangat religius. Ibunya menanamkan nilai jika kodrat seorang istri adalah mengabdi pada suami dan menjaga keutuhan rumah tangga. Masalah timbul di rumah tangganya ketika Renata mencurigai Edwin yang diperankan Ario Bayu, yang merupakan suaminya dan berselingkuh dengan perempuan lain.

Renata merasa harus memperjuangkan rumah tangganya. Adalah Asmara yang diperankan oleh Asmara, perempuan seksi dan vulgar, tetangga baru di sebelah unit apartemennya yang berusaha membantu Renata. Hingga akhirnya Renata mengetahui perempuan yang ia yakini selingkuhan Erwin adalah Ana yang dimainkan oleh Chantiq Schagerl, perempuan yang dinyatakan menghilang dan tengah dicari keberadaannya. Renata pun kemudian dibayangi dan diteror oleh keberadaan sosok Ana. Sikap suaminya pun semakin dingin dan menjauhinya. Di tengah segala macam hal aneh yang menerornya, tekad Renata hanyalah ingin menyelamatkan rumah tangganya.

Film Sehidup Semati

Sutradara “Sehidup Semati” Upi mengatakan film ini juga menyuarakan isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang juga masih jadi persoalan bagi banyak masyarakat di Indonesia, terutama perempuan sebagai korbannya.

“Melalui film “Sehidup Semati” saya ingin memberikan pernyataan bahwa kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga masih kerap diabaikan. Kerap kali korban yang secara data menunjukkan adalah kebanyakan para istri atau perempuan juga harus berjuang sendiri, ditambah tekanan moral tentang bagaimana seharusnya mereka bersikap melayani suami dan menjaga keutuhan keluarga. Melalui Renata, saya ingin memantik diskusi kepada penonton, bagaimana efek KDRT yang kerap diabaikan,” kata Upi.

“Ide dasar cerita film ini lahir dari dogma-dogma atau ayat-ayat yang seringkali disalah tafsirkan dan disalahgunakan, yang membuat posisi perempuan/istri menjadi sangat lemah dan rentan,” tambah Upi.

Tidak hanya sebagai sutradara, Upi juga menjadi penulis skenario dari film horror-thriller yang sudah ia selesaikan sejak 2010, atau 13 tahun silam. Pertemuannya dengan produser Chand Parwez Servia dan rumah produksi Starvision membuat ide yang sudah lama ada akhirnya bisa terwujud menjadi film yang membawa kesegaran genre dan cerita untuk industri perfilman Indonesia. Di film ini, tim produksi juga membangun set apartemen yang lengkap dengan active water system di dalamnya, termasuk keran yang menyala. Sehingga, seperti berada di dalam sebuah apartemen sungguhan.

“Starvision selalu memandang penting untuk memberikan ruang-ruang bagi para sineas yang memiliki ide segar dan membawa kebaruan dengan eksperimentasi mereka dalam bercerita. Film “Sehidup Semati” saya pikir memiliki pesan penting seperti yang disampaikan oleh Upi. Ia sutradara yang mampu meramu isu krusial dengan kemasan yang intriguing,” kata produser Chand Parwez Servia.

Sementara itu, Laura Basuki menceritakan pengalamannya bermain film yang disutradarai Upi. Menurutnya, ini merupakan proyek film yang memiliki proses paling berat selama ia berkarier di industri film. Proses berat itu karena karakter yang diperankannya memiliki kompleksitas dan kerentanan yang membutuhkan energi dan spektrum keaktoran mendalam.

“Saya rasa, menjadi Renata adalah proses yang paling berat yang pernah saya alami. Saya juga harus mengurangi makan dan kegemaran jajan saya untuk lebih mengenali dan mendalami karakter Renata. Bahkan, para kru dan casts sempat takut ngajak saya ngobrol di set, padahal sebenarnya tidak apa-apa juga. Ya akhirnya mereka mau berinteraksi dengan saya haha. Mungkin mereka takut mengganggu fokus saya selama syuting,” cerita Laura Basuki.