Seluruh bangsa Indonesia dibuat terharu dan bangga oleh kemenangan pasangan ganda putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dalam meraih emas pada pagelaran Olimpiade Tokyo 2020. Pada sebuah interview, mereka membagikan rahasia bagaimana dapat bermain dengan tenang dan menguasai lapangan pada saat itu.
Jika melihat pertandingan final ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Plaza Jepang kemarin, kita dapat menyaksikan bagaimana Greysia dan Apriyani bermain dengan sangat tenang ketika menghadapi pasangan ganda putri dari China Chen Qinchen dan Jia Yifan. Tidak jarang mereka saling melemparkan senyum walaupun ketika mereka sedang melakukan beberapa kesalahan kecil di lapangan. Sikap positif di lapangan seperti ini ternyata sudah dilatih sejak beberapa waktu sebelumnya.
Bangkitkan Semangat dan Sikap Positif di Lapangan
Mereka menjelaskan bahwa sebelum masuk ke lapangan untuk bertanding mereka berusaha membangkitkan semangat dan sikap positif di lapangan. Greysia selalu mengingatkan Apriyani untuk menganggap bahwa pertandingan itu seperti latihan bersama lawan laki-laki jadi semangatnya tetap menyala. Oleh karena itu, mereka tetap bisa tersenyum walaupun menghadapi keadaan apapun karena menurut mereka, semangat tersebut jauh lebih penting dari pada hal-hal teknis lainnya.
Komunikasi yang Bagus antara Tim dan Pelatih
Apriyani juga menyadari bahwa diperlukan komunikasi yang bagus antar pemain dan juga pelatih. Ia mau tunduk mendengarkan saran pelatih dan rekannya yang jauh lebih senior dari padanya. Sebelum bertanding di Olimpiade mereka berdua sudah mempersiapkan semangat dan mental juara, sehingga tanpa disadari mereka dapat bermain dengan sangat santai di lapangan hingga permainan berakhir.
Saling Percaya kepada Anggota Tim
Pada permainan kemarin, penonton dibuat tegang ketika Greysia secara tiba-tiba berlari keluar lapangan dan mengganti raketnya yang putus atau patah. Pada momen itu ia percaya bahwa Apriani akan dapat membackup posisinya dan menguasai bola lawan dan beruntungnya sebagai mantan pemain single, Apriani berhasil mengcover semuanya itu.
Tetap Bermain Maksimal Walaupun Tidak Menjadi Unggulan
Seperti yang kita ketahui, pasangan ini bukan menjadi unggulan pada saat datang ke Olimpiade Tokyo 2020. Namun meskipun begitu, baik Apriyani ataupun Greysia hanya berupaya semaksimal mungkin tanpa memikirkan mana atau siapa yang menjadi unggulan, karena di Olimpiade semuanya menjadi mungkin. Oleh karena itu mereka berusaha mengubah mindset dan menguatkan mental mereka masing-masing. Mereka percaya setiap rangking punya kesempatan untuk meraih medali. Mental tersebut yang mereka selalu coba bangun sebelum bertanding.
Berjuang dari Dasar
Ayah Apriyani Rahayu sempat menceritakan bahwa Apriani bermain sejak kecil dengan menggunakan raket bekas peninggalan sang ibu, karena diketahui bahwa baik mendiang ibu dan keluarga Apriani lainnya semuanya menyukai bulutangkis. Ayahnya pun membuatkan lapangan di rumahnya di Sulawesi Tenggara untuk berlatih hingga ketika Apriyani beranjak dewasa ia mendapatkan kesempatan untuk masuk ke pelatnas.
Begitu pula dengan Greysia Poli menceritakan bagaimana Ia pernah jatuh bangun di dunia bulutangkis. Sebelumnya ia pernah didiskualifikasi dari Olimpiade London 2012 dan gagal ketika Olimpiade 2016 di Brazil. Beruntungnya pada saat itu banyak orang yang masih percaya padanya, seperti pelatih, pengurus PBSI dan keluarga yang benar-benar mendukung keputusannya seperti apa. Banyak yang percaya bahwa karir bádminton Greysia Polii belum berakhir pada saat itu.
Bangkit dan Tidak Menyerah
Greysia sempat dihadapkan kepada pertanyaan sulit apakah ia benar ingin mengakhiri karirnya pada saat itu sebagai atlit yang didiskualifikasi dari gelanggang Olympic. Karena mengingat perjuangannya sejak ia kecil membuat Greys tidak menyerah. Perkataan tersebut yang membuat ia bertanya pada Tuhan apakah ia harus tetap terpuruk atau bangkit melanjutkan karirnya.
Beruntungnya, Tuhan mengirimkan orang-orang yang membantunya hingga sampai saat ini. Mulai dari kehadiran pelatihnya Eng Hian dan bahkan sampai di tahun 2017 ia dipertemukan dengan pasangannya Apriyani yang membawanya sukses meraih emas setelah mengikuti Olimpiade selama tiga kali berturut-turut.
Support System yang Kokoh
Bagi Apriyani, Greysia sudah dianggap menjadi kakaknya sendiri terutama ketika berada di lapangan. Greys menjadi sosok panutan Apriyani selama ini. Ia merasa sangat bersyukur ketika dapat dipasangkan dengan seorang senior Greys yang mau membimbingnya hingga meraih hasil yang maksimal, walaupun saat ini Apriyani masih di usia yang sangat muda.
Jika kembali pada tahun 2017, Greys saat itu sedang tidak memiliki partner karena partnernya sedang cedera. Ia bilang ke pelatihnya dan kebetulan pelatihnya juga ingin memasangkan dirinya dengan Apriyani. Walaupun pada saat itu Apriyani masih sangat muda dan mereka berdua memiliki gap umur yang sangat berbeda jauh, namun pemikiran Greys saat itu ia tidak mau mengganggu line-up yang lain sehingga ia mau untuk dipasangkan dengan Apriyani.
Membangun Chemistry di Lapangan
Greysia menyadari Apriani merupakan seorang atlet yang memiliki talenta, tetapi ia ingin menguji terlebih dahulu apakah Apriyani benar-benar mau menjadi juara, mau memiliki komitmen dan mental sebagai juara. Mengetahui tekad Apriyani yang kuat, Greys juga harus mau belajar menurunkan egonya supaya mereka dapat bertemu di tengah. Hal itu yang membuat chemistry dan relationship mereka kokoh baik di dalam dan di luar lapangan. Menurut Greysia, hal itu juga tidak terlepas dari dukungan para pelatih yang mendukung mereka selama 24 jam non-stop.