Share
Pimpin Yayasan Sosial, Jessica Tanoesoedibjo Mengabdikan Diri untuk Kegiatan Kemanusiaan
Listya Manopo
19 September 2022

Bagi Jessica Tanoesoedibjo, setiap kesulitan pasti memiliki jalan keluar. Ia percaya bahwa masa-masa sulit sekalipun dapat menjadi kesempatan untuk melakukan perubahan di dunia.


Jessica Tanoesoedibjo adalah wanita muda yang memberikan inspirasi positif bagi anak muda Indonesia lainnya. Dengan integritas dan kebaikan hatinya, ia mengkombinasikannya dengan keanggunan, empati, semangat dan inteligensia. “Saya menyadari bahwa saya memiliki semangat tinggi dalam membantu orang dan melihat mereka berkembang. Oleh karena itu, saat saya memasuki bisnis keluarga saya, saya sangat senang saat diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk menangani divisi filantropi kami, MNC Peduli.”

MNC Peduli adalah unit filantropi dalam MNC Group yang bertujuan menjawab permasalahan sosial di negara ini. Indonesia sebenarnya adalah negara dengan potensi berkembang yang sangat tinggi dilihat dari kekayaan sumber alamnya, keberagamannya dan juga kreatifitas dari penduduknya, namun ketidaksetaraan telah menghambat perkembangan negara ini sedari dulu.

Di MNC Peduli, fokusnya adalah pada mereka yang kurang beruntung, terlebih yang membutuhkan bantuan di bidang Pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan kebebasan dalam beragama. Selama ini, MNC Peduli telah membangun berbagai macam fasilitas publik seperti perpustakaan, jembatan, kamar kecil di pelosok Indonesia. Contohnya, MNC Peduli memiliki proyek bernama ‘Desa Binaan MNC,’ di mana mereka memilih sebuah komunitas untuk diberikan bantuan, dengan tujuan membangun komunitas berkelanjutan yang mandiri.

Belum lama ini, bersama suaminya Jonathan Natakusuma Sariaatmadja, Jessica juga telah meluncurkan LSM untuk anak-anak dengan disabilitas. Karena mereka masing-masing merasa terpanggil, Jonathan dan Jessica memutuskan untuk mengerjakan proyek ini Bersama. Yayasan Saluran Unggul Sesama (YSUS) berfokus pada pelatihan di panti asuhan dan kegiatan amal di daerah yang membantu anak-anak berkebutuhan khusus, terlebih mereka dengan disabilitas mental dan masalah dalam perkembangannya.

“Selain itu, hati saya terpikat pada daerah Sumba. Saya beberapa tahun ini membantu gereja lokal di sana, untuk mendapatkan akses air bersih dan juga pendidikan. Salah satu hal yang saya sukai dari suami saya yaitu keinginannya untuk membantu sesama. Ia melihat hal yang sama pada saya, oleh karena itu ia pun ingin membantu mereka bersama-sama dengan saya,” pungkasnya.

“Additionally, for me, Sumba had been on my heart for a number of years. I have been supporting a local church there, through providing access to clean water, as well as education. One of the things I love about my husband is his willingness to help. And as he saw my heart, he, too, had lent his hands,” she concluded.