Rumah Pesona Kain menggelar fashion show dan bazaar bertajuk Pelangi Kain Nusantara, menampilkan karya wastra ramah lingkungan dari 5 desainer ternama Indonesia. Pada setiap helai wastra, terkisah jejak Tanah Air, di mana warna, tekstur, dan makna bersatu dalam karya anak bangsa yang merawat bumi dan budaya.
Asosiasi Rumah Pesona Kain didirikan pada September 2005 oleh 9 anggota komunitas di Indonesia yang berbagi minat dan antusiasme dalam melestarikan tekstil tradisional Indonesia. Sembilan orang itu adalah Linda Amalia Sari Agum Gumelar, Sri Redjeki S. Silisto, Darwina Pontjo Sutowo, Ike Nirwan Bakrie, Ade Krisnaraga Syafruan, Seminarti Gobel, Yuni B. Adam, Rahmi A.P. Tahir, dan Herlinda Halim.
Organisasi nirlaba ini didirikan sebagai usaha untuk menjaga, melestarikan, dan meningkatkan apresiasi terhadap produksi wastra Indonesia. Melalui program Coaching dan Mentoring dari Rumah Pesona Kain, asosiasi ini mendorong perkembangan dan inovasi pada pengrajin tekstil di Tanah Air.

Sejak 2022, Rumah Pesona Kain memulai Program Pembinaan Wastra Ramah Lingkungan untuk melestarikan wastra tradisional sekaligus merawat bumi. Upaya yang dilakukan di antaranya adalah menggunakan benang organik dan pewarna alami dalam produksi tekstil serta melakukan Kelola limbah produksi secara mandiri.
Pada 10 Desember 2025, Rumah Pesona Kain kembali mengajak lima perajin untuk menciptakan karya wastra ramah lingkungan terbaru melalui fashion show dan mini bazaar Pelangi Kain Nusantara 2025 di The Dharmawangsa Hotel Jakarta, menampilkan beragam wastra nusantara.
Lima desainer ternama Indonesia juga hadir mempersembahkan koleksi ramah lingkungan yang terinspirasi dari keindahan wastra nusantara.
Ghea Panggabean – Songket Payakumbuh Sumatera Barat

Songket bersulam emas, diolah dengan benang alami dan warna yang lahir dari akar dan daun.
Denny Wirawan – Batik Semarang Pengembangan

Tangan-tangan terampil menghasilkan batik dengan pewarna alami yang menyala dalam keanggunan.
Oscar Lawalata Culture – Batik Semarang Heritage

Adibusana Semarang dirancang secara detail, menghasilkan karya yang halus dan kaya akan nilai tradisional.
Didiet Maulana – Pagatan Kalimantan Selatan dan Tenun Ikat Rangrang Bali

Dari Pagatan, tenun yang berakar dari budaya Bugis kini beralih menjadi wastra yang lebih unik dengan karakternya sendiri. Begitu pula dengan tenun Rangrang Nusa Penida yang terus bersuara, menggema dari kombinasi benang organik katun dan sutera yang ditenun dengan semangat perempuan Bali.
Poppy Dharsono – Tapis Lampung

Tapis bertenun tradisi bersatu dengan kulit berkualitas tinggi, menciptkana busana modern berbalut budaya yang kuat.
Photos RUDI SULISTYA





