Kisah cinta, Ibu, dan kenangan yang menyentuh hati kembali ke panggung lewat "Mamma Mia! The Musical Re-run 2025”.
Lebih dari 12.000 penonton tertawa, menangis, dan bernyanyi bersama selama 14 pertunjukan "Mamma Mia! The Musical Re-run 2025" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Diproduksi ulang oleh Jakarta Art House, pertunjukan ini lebih dari musikal, tapi juga merayakan cinta, nostalgia, dan kebersamaan yang menyatukan berbagai generasi.
Dalam ceritanya, ada kisah yang akrab dan mengharukan: seorang single mother, seorang anak perempuan yang penasaran, dan cinta tak terucap di antara mereka. Intensitas emosional produksi ini membuatnya menjadi pengalaman kolektif yang menyentuh.
Dengan pemeran baru (sekaligus pemeran lama), set yang dibangun ulang, dan peningkatan kualitas produksi, Jakarta Art House mengambil langkah paling ambisius sejak berdiri tahun 2019.
"Ini pertama kalinya Jakarta Art House memproduksi musikal besar dengan total 14 show," kata Produser Eksekutif Fadli Hafizan, "Sebuah langkah ambisius, tapi tetap realistis untuk memperkuat ekosistem seni pertunjukan di Indonesia."
Usaha itu membuahkan hasil. Koneksi para pemain dengan cerita terasa natural di atas panggung maupun di belakang layar. Mutiara Azka, yang memerankan Sophie Sheridan, menggambarkan perjalanannya dalam peran ini sebagai sesuatu yang personal.
"Aku sekarang sedang melakukan apa yang kusukai, kuselami, dan kudoakan sejak 2015," ungkapnya, "Melalui peran Sophie ini, aku meneruskan mimpi ibuku yang dulu.”
Sementara itu, Ashley Aisyah yang memerankan Donna Sheridan mengaku kerap terbawa emosi di beberapa adegan.
"Aku sering sangat emosional saat menyanyikan ‘Slipping Through My Fingers’ oleh ABBA,” katanya, "It hits home.”
Di luar pertunjukan, produksi ini juga menghadirkan inisiatif "Relung Rasa", ruang bagi penonton untuk menyampaikan pesan cinta atau maaf kepada ibu, keluarga, atau teman dekat. Ini menjadi pengingat lembut dari pesan utama pertunjukan, bahwa cinta, terutama cinta seorang ibu, abadi dalam waktu dan kenangan.
Suasana di dalam venue digambarkan penonton sebagai sesuatu yang elektrik, namun intim. Mereka tertawa, menangis, bahkan ikut menyanyikan lagu-lagu hits ABBA, sebuah bukti bahwa musik ini tidak hanya awet, tetapi telah melekat dalam hidup banyak orang.
“Kapan lagi bisa nonton musikal sambil nyanyi bareng?,” kata Fadli, "Lagu-lagu ABBA sudah jadi bagian hidup banyak orang, bahkan lintas generasi."
Kesuksesan "Mamma Mia! The Musical Re-run 2025" menandakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar satu produksi. Ini mencerminkan meningkatnya minat terhadap teater musikal berkualitas tinggi di Indonesia. Munculnya kelompok muda seperti Jakarta Art House, siap memenuhi permintaan itu dengan keaslian dan visi.
Dan ketika nada terakhir berdenting dan tirai panggung menutup, "Mamma Mia! The Musical Re-run 2025" meninggalkan lebih dari melodi yang melekat di benak penonton, tapi juga menawarkan ruang untuk refleksi, reuni, dan pelepasan emosi.
Sebuah pengalaman teater langka di mana berbagai generasi berkumpul tidak hanya untuk terhibur, tetapi juga untuk merasa dipahami.