Bagi Ludovica Jessica, kecantikan bukanlah sesuatu yang dipoles di permukaan—melainkan sesuatu yang dijalani setiap hari.
Melalui kontennya di media sosial, Ludovica tak hanya menampilkan tampilan akhir yang sempurna, tapi juga membuka proses di baliknya—dari tantangan, rutinitas harian, hingga tips-tips jujur yang membuat kecantikan terasa nyata dan dapat dirasakan oleh semua perempuan.
Ketika sorot lampu menyala di studio HighEnd Magazine, Ludovica menyambut tim dengan senyum hangat dan kepercayaan diri yang tenang. Di balik kamera dan estetika yang terkurasi baik, ada seorang kreator yang menjadikan kecantikan sebagai sarana berkoneksi, bukan sekadar bentuk ekspresi. Artikel ini menelusuri perjalanan Ludovica, nilai-nilai yang ia anut, serta teknik lembut yang telah menjadi ciri khasnya.
Perjalanan Ludovica di dunia kecantikan bermula bukan dari mimpi untuk menjadi terkenal, tetapi dari kecintaannya berbagi. “Yang menginspirasi saya terjun ke dunia beauty itu simpel: saya suka berbagi,” ujarnya. Video pertamanya sederhana—review serum, rutinitas malam—namun pengaruhnya kuat. Banyak pengikut yang merasa terbantu, terutama mereka yang berjuang dengan jerawat, kulit kering, atau kusam. Dari respons-respons personal itulah terbentuk komunitas yang solid, penuh kepercayaan dan dukungan.
Bagi Ludovica, kecantikan sejati berasal dari dalam. “Kecantikan bukan hanya soal tampilan luar. Menurut saya, beauty itu bisa dilihat dari berbagai sudut pandang—termasuk dari mindset, penerimaan diri, dan cara kita memperlakukan orang lain.” Baginya, kecantikan adalah praktik harian yang melibatkan kebaikan hati dan ketulusan, sesuatu yang lebih kuat daripada kilau highlighter.
Meski begitu, ia tetap mengapresiasi kekuatan ekspresif dari makeup. Gaya andalannya adalah soft-glam—elegan namun tetap mudah diaplikasikan. Eyeshadow glitter untuk sorotan mata, sculpt tipis untuk definisi wajah, dan lip gloss untuk sentuhan akhir yang segar dan bercahaya. “Saya selalu suka sparkle kecil. Glitter memberi kehidupan pada look paling simpel sekalipun,” katanya.
Tiga produk wajib bagi Ludovica? Pensil alis, concealer, dan lip tint multifungsi. “Alis itu bingkai wajah. Kalau rapi, mata kita langsung terlihat lebih segar. Concealer adalah senjata andalan saya sebagai acne-prone girl. Dan lip tint bisa jadi blush juga—praktis dan natural.”
Namun, kekuatan terbesar Ludovica bukan terletak pada teknik makeup-nya saja, tapi pada koneksi yang ia bangun. Ia tak ragu membagikan hari-hari buruk, jerawat yang muncul, hingga momen mental slump. Semua dibagikan bukan untuk mencari simpati, tapi untuk mengingatkan bahwa menjadi manusia itu wajar. “Makeup itu alat, bukan topeng. Bagian terpenting dari kecantikan adalah bagaimana perasaanmu tentang dirimu sendiri.”
Dengan pendekatan yang jujur, hangat, dan membumi, Ludovica Jessica terus menginspirasi—mengajak kita melihat bahwa kecantikan bukanlah tentang kesempurnaan, tapi tentang keberanian menjadi diri sendiri.
Sumber foto: RUDI SULISTYA