Hasil penelitian terbaru menunjukkan dampak signifikan dari influencer digital dalam membentuk perilaku dan tren konsumen di Indonesia.
Dalam era digital yang terus berkembang, influencer telah menjadi pilar utama dalam membentuk perilaku konsumen di Indonesia. Melalui survei komprehensif yang melibatkan lebih dari 2.000 responden dari berbagai latar belakang demografis, Konsultan komunikasi Vero dan grup riset pasar dan analisis data global YouGov menemukan bahwa 94% dari mereka mengakui pengaruh yang signifikan dari influencer dalam membentuk pola perilaku dan keputusan pembelian mereka. Angka ini mencerminkan dominasi dan relevansi influencer dalam kehidupan sehari-hari konsumen Indonesia.
Brian Griffin, CEO Vero, memberikan komentar yang menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan peran influencer ke dalam strategi pemasaran. Brian menyatakan, "Potensi besar yang dimiliki influencer dalam mempengaruhi pembentukan pola pikir dan perilaku masyarakat telah melewati batas demografi. Sebagian besar masyarakat Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendapatan, dan lokasi geografis, mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh konten dari influencer."
Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa 63% responden mengikuti konten influencer untuk mendapatkan pengetahuan baru, 58% untuk mendapatkan informasi terkini, dan 53% mencari inspirasi. Selain itu, 63% responden secara aktif mencari konten yang menawarkan saran dan tips dari para ahli, sementara 47% tertarik pada konten edukatif, dan 41% menyukai cerita atau pengalaman pribadi yang dibagikan oleh influencer.
Edward Hutasoit, General Manager YouGov, menyoroti bahwa efektivitas influencer sangat berkaitan dengan nilai-nilai budaya Indonesia yang menekankan kebersamaan dan kepercayaan. Menurutnya, “Para kreator konten digital dapat berperan sebagai pembimbing yang memberikan saran sesuai dengan keahlian individu mereka. Bagi mereka, bermitra dengan influencer tidak hanya menjadi taktik pemasaran, namun juga terhubung dengan audiens secara autentik dan menciptakan dampak yang signifikan melalui kepercayaan mereka terhadap influencer.”
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, seorang pakar perilaku konsumen dari Universitas Institut Pertanian Bogor, menambahkan bahwa para influencer tidak hanya membentuk komunitas baru, tetapi juga memberikan referensi yang berharga bagi konsumen. "Kebutuhan konsumen Indonesia akan konten yang mudah dipahami dan dapat dipercaya menjadi tantangan bagi para kreator konten untuk tetap menjaga autentisitas dan relevansi dengan budaya lokal kita. Dengan demikian, pengaruh mereka dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Peran influencer tidak hanya terbatas pada ranah digital, seperti yang diungkapkan oleh Agung Karmalogy, seorang influencer terkemuka. Agung mengatakan, "Studi ini tidak hanya memvalidasi pengaruh kami terhadap pola konsumsi masyarakat, tetapi juga menekankan tanggung jawab kami untuk memelihara keaslian budaya dan kepercayaan."
Agung juga menekankan pentingnya untuk tetap relevan dengan mengadaptasi strategi konten sesuai dengan harapan dan kebutuhan konsumen yang terus berubah. Baginya, influencer di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kategori: public personality, content creator, dan hybrid. Kesuksesannya dalam bekerja sama dengan 20 hingga 30 merek setiap bulan didorong oleh kemampuannya dalam mengembangkan kepribadian dan konten yang relevan dengan audiensnya.
“Kita harus membuat konten yang menarik, engaging, dan entertaining, tetapi juga harus memiliki empati terhadap audiens kita. Itulah mengapa saya biasanya menyampaikan konten promosi di akun saya dengan membuatnya relevan dengan isu-isu atau pengalaman sehari-hari yang dialami oleh audiens saya,” jelas Agung.
Dengan proyeksi pengeluaran untuk pemasaran influencer yang diperkirakan mencapai Rp 5,5 triliun (sekitar US$ 349,83 juta) pada tahun 2028 menurut Statista, industri ini membuka peluang besar bagi bisnis di Indonesia untuk terhubung dengan audiens target mereka melalui kolaborasi dengan para influencer.
Bagaimana bisnis dapat memanfaatkan potensi ini? Chatrine Siswoyo, Senior Advisor ASEAN Vero, menekankan pentingnya hubungan autentik dalam konteks pemasaran influencer. Menurutnya, "Efektivitas pemasaran influencer bergantung pada hubungan tulus antara perusahaan dan kreator konten, yang dibangun berdasarkan kepercayaan dan nilai-nilai bersama."
Chatrine menambahkan bahwa influencer akan terus memainkan peran penting di masa depan, dengan masa depan yang sangat menjanjikan baik untuk influencer maupun untuk bisnis di Indonesia.
Oleh karena itu, memahami dan memanfaatkan influencer bukan hanya tren, tetapi strategi penting bagi bisnis untuk membangun koneksi yang kuat dengan audiens di era digital. Dengan mengkombinasikan kreativitas, keaslian, dan data, perusahaan dapat memanfaatkan penuh potensi pemasaran influencer untuk meraih kesuksesan. Influencer bukan hanya alat pemasaran, tetapi mitra yang membangun koneksi autentik antara merek dan komunitas, mempengaruhi dan membentuk tren masa depan.
Prof. Dr. Ir. Ujang mendorong generasi muda untuk belajar menjadi content creator: “Ajarkan anak kita untuk jadi konten creator, karena itu salah satu cara untuk menjadi entrepreneur dengan risiko yang rendah. Dengan content creator, ia belajar berkreativitas, mempengaruhi orang lain, dan mencari orang yang menyukai kontennya. Jadi saya sangat menyarankan untuk anak-anak, tapi harus dengan bimbingan orang tua. Jadi silahkan berekspresi!”