Share
Apa yang Sebenarnya Diinginkan Generasi Z dari Orang Tuanya
Larasati Oetomo
05 December 2019

Kebanyakan orang tua merasakan sakit kepala kronis ketika anak mereka beranjak dewasa. Mereka memiliki pergaulan yang begitu luas, sering berada di rumah, dan orang tua mulai dibingungkan dengan beragam aktivitas yang sulit dipahami generasi sebelumnya.


Bahkan ketika Anda cemas mereka bergabung dengan semacam sindikat rahasia dan bertanya tentang hari mereka, mereka cenderung menganggap Anda tukang curiga. Jangan khawatir, mereka hanya melalui fase perkembangan untuk memiliki ‘privasi’, memiliki pemikiran sendiri, dan menemukan cara hidupnya. Kita pun pernah mengalami hal tersebut dan kini giliran mereka.
Meskipun begitu, tentu sebagai orang tua kita perlu menjaga mereka dari hal-hal yang membahayakan dan memastikan mereka hidup sehat dan berbahagia. Namun, bagaimana cara untuk mengetahuinya tanpa dituding macam-macam seperti polisi, tukang curiga, bahkan tukang kuntit?



Hadir untuk mereka.
Dr. Seppala dari Universitas Stanford menyatakan bahwa kemistri dalam hubungan dibangun dari kehadiran total. Hal ini tidak selalu berkaitan dengan kuantitas pertemuan. Hanya dengan berada di satu ruangan yang sama sengan anak Anda tanpa terdistraksi oleh pekerjaan yang tidak ada habisnya atau telepon genggam sangat penting. Tunjukkan pada mereka bahwa Anda terbuka untuk mendengar cerita mereka tanpa perlu terus menginterogasi mereka.


Berhentilah cemas, mulailah untuk peduli.
Apakah mereka meninggalkan mereka dengan berlusin-lusin panggilan tak terjawab dan pesan chat ketika mereka tidak di rumah? Mungkin itu alasan mereka tidak terbuka kepada Anda. Berhentilah berlaku paranoid dan tunggu mereka di rumah dengan terjaga (bahkan, kehadiran kudapan favorit mereka di rumah dapat menjadi penyambut yang hangat). Tanyakan perlahan mengapa mereka pulang terlambat dan tunjukkan kepedulian Anda akan keselamatan mereka dibandingkan memborbardir mereka dengan pertanyaan yang tak dapat mereka jawab tanpa berujung ke jutaan pertanyaan lainnya.


Berdiri di level yang setara dengan mereka
Seraya mereka beranjak dewasa, anak Anda tidak ingin lagi “diperlakukan sebagai anak kecil”. Berbicara dengan postur dan gestur tubuh yang menunjukkan kesetaraan dengan mereka penting, walaupun beberapa budaya memengaruhi gaya komunikasi dalam keluarga. Konselor klinis dari LA, Hockridge, menyatakan bahwa mengajak mereka berbicara selayaknya orang dewasa lainnya dan bukan bertingkah sebagai mana temannya adalah hal yang bijak. Mereka tidak hanya belajar bagaimana bicara dan bertingkah sebagaimana orang dewasa, mereka juga akan cenderung mendengar nasihat Anda tanpa merasa terhakimi.

Jadilah Poros Aman Mereka.
Beranjak dewasa bukanlah hal yang mudah. Mereka mulai mempelajari tanggung jawab, memilih pilihan hidup mereka sendiri, dan mungkin, patah hati untuk pertama kalinya. Fase ini adalah fase yang penuh risiko bagi anggota keluarga untuk menanamkan kecemasan dan keraguan. Kedua emosi tersebut dapat membuat sang anak merasa memiliki ketakutan untuk mengecewakan kedua orang tuanya dibandingkan berfokus akan cita-citanya sendiri.
Hal ini memang terdengar klise, namun yang mereka butuhkan adalah rasa percaya Anda. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi mereka kesempatan dan ruang untuk memperbaiki kesalahannya dan mengakui pencapaian mereka. Pendekatan berimbang antara pujian dan kritik merupakan kunci penting agar mereka merasa aman untuk meminta pendapat Anda.