Panen padi tahunan baru saja berakhir di beberapa wilayah di Jepang, meninggalkan banyak jerami, atau ‘wara’ dalam Bahasa Jepang, yang tidak terpakai. Di wilayah Niigata, Wara Art Festival atau Festival Seni Wara jadi solusi yang kreatif untuk sisa jerami ini dan menjadikannya sebagai objek interaktif bagi warga sekitar.
Di wilayah pesisir Prefektur Niigata, sebuah daerah penanaman padi, Festival Seni Wara menghadirkan patung-patung hewan dan makhluk mitos berukuran besar yang mempesona yang dibuat dari jerami padi dan rangka kayu. Patung-patung jerami ini dirancang oleh mahasiswa dari Mushashino Art University di Tokyo dan didirikan dengan bantuan penduduk lokal di Niigata. Patung-patung luar biasa ini dapat mencapai 9 meter tingginya.
Sisa jerami padi merupakan produk sampingan dari panen, dan telah lama dimanfaatkan oleh para petani unutk memberi makan ternak dan memperbaiki tanah, juga digunakan oleh para pengrajin unutk membuat tikar tatami dan benda-benda rumah tangga lainnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, teknologi telah menggantikan tradisi ini dengan pemanfaatan bahan-bahan industri, meninggalkan jerami padi kering dalam jumlah besar yang tidak terpakai bagi petani.
Pada tahun 2006, komunitas petani Niigata akhirnya meminta masukan dari seorang profesor di Departemen Sains dan Desain di Musashino, Shingo Miyajima, untuk pemanfaatan sisa jerami yang menumpuk. Berangkat dari gagasan sang professor, Wara Art Festival didirikan pada tahun 2007 untuk pertama kalinya, diselenggarakan sebagai kolaborasi dari dewan pariwisata local Kota Niigata dan Musashino Art University. Semenjak itu, patung-patung jerami padi ini menjadi daya tarik tersendiri untuk wilayah ini.
Setelah setahun absen karena pandemi COVID-19, festival ini sekarang kembali untuk edisi ke-13, menyambut pengunjung di Taman Uwasekigata, Niigata, hingga 31 Oktober.