Setelah bertahun-tahun menjadi impian para calon pengantin, gaun bridal ikonis Vivienne Westwood akhirnya tampil dalam peragaan runway pertamanya di Barcelona Bridal Fashion Week.
Ada banyak cara menjadi pengantin, tapi Vivienne Westwood mengingatkan kita bahwa yang paling berkesan adalah tetap setia pada diri sendiri—bahkan di hari besar sekalipun.
Momen bersejarah itu hadir di Barcelona Bridal Fashion Week 2025, saat Vivienne Westwood akhirnya menggelar pertunjukan bridal runway penuh untuk pertama kalinya. Bertempat di cloister Universitas Barcelona yang sarat sejarah, dengan lengkungan bergaya abad ke-19 dan halaman yang dihiasi orange blossom, suasana pun terasa seperti babak baru dalam dunia mode pengantin.
“Bridal selalu menjadi bagian penting dari rumah mode ini, sejak saya mulai bekerja dengan Vivienne di awal tahun ‘90-an,” ujar Andreas Kronthaler, Creative Director Vivienne Westwood, “Kami sangat senang bisa menampilkan bridal show pertama kami di kota yang luar biasa ini.”
Sebanyak 35 look dari koleksi bridal made-to-order dan couture 2026 melangkah di runway, hasil kolaborasi lebih dari enam bulan antara Kronthaler dan Brigitte Stepputtis. Inspirasi utamanya? Keanggunan alami Barcelona.
“Kami mengambil kemegahan dari boulevard dan arsitektur sebagai titik awal inspirasi kami,” ungkap Kronthaler, “[Barcelona] luar biasa, merangsang, dan penuh kehidupan.”
Namun, dalam DNA Vivienne Westwood, tradisi tidak pernah tampil tanpa kejutan. Kronthaler menggambarkannya sebagai “potpourri dari masa lalu, masa kini, dan masa depan”. Korset yang membentuk siluet, tailoring bergaya maskulin, linen, katun, georgette lembut, chiffon ringan, hingga duchesse berwarna pink pucat dari Italia—semua berpadu menciptakan tampilan yang romantis, tapi tetap tegas.
Sentuhan klasik pun mendapat tempat khusus. Motif mawar ikonis rumah mode ini diperbarui, dengan tambahan orange blossom yang dipetik langsung dari halaman universitas. “Kami menambahkan orange blossom dari halaman universitas, simbol kemurnian dan keindahan; lembut dan bertumpuk dengan tulle—tender, romantis,” jelas Kronthaler, “Jacquard kaya dalam ‘Absence of roses’—klasik.”
Tentu, tetap ada ruang untuk sedikit pembangkangan yang anggun: potongan asimetris, sarung tangan pink, korsase berukuran besar, hingga rantai tebal yang menjuntai di leher model, seakan mengingatkan bahwa gaun pengantin tak harus selalu manis untuk mencuri perhatian.
“Setiap karakter menceritakan sebuah kisah,” kata Kronthaler. “Simonetta (Gianfelici) mengenakan gaun Madame de Pompadour, terinspirasi dari lukisan François Boucher (1759), kali ini dalam warna putih. Vivienne pasti akan menyukainya—itu adalah gaun favoritnya sepanjang masa.”
Dengan debut ini, Vivienne Westwood mempertegas satu hal: menjadi pengantin bukan soal mengikuti aturan, melainkan tentang menciptakan momen yang tak terlupakan—dengan sedikit keberanian, tentunya.