Angkie Yudistia, salah satu dari Staf Khusus (Stafsus) Presiden Republik Indonesia yang terlahir sebagai sosok inspiratif dengan segudang prestasi. Sebagai seorang penyandang disabilitas, Angkie berhasil membuktikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan kesempatan yang setara.
Pada tahun 2019 lalu ia juga berhasil meraih penghargaan sebagai Asia's Top Outstanding Women Marketeer of The Year dari Asia Marketing Federation. Angkie juga pernah menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta 2008. Perempuan cantik ini juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang fokus pada hak-hak kaum disabilitas.
Memiliki kegemaran dalam menulis, wanita kelahiran Medan 5 Mei 1987 ini juga menuangkan kisah hidupnya yang inspiratif melalui buku yang berjudul "Perempuan Tunarungu Menembus Bata" yang terbit di tahun 2011, dan "Setinggi Langit" pada tahun 2013.
Setelah diperkenalkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai staf khusus Presiden RI di bidang sosial pada 2019 lalu, Angkie kini juga tengah fokus mengurus Thisable Enterprise. Thisable Enterprise merupakan sebuah perusahaan yang ia bangun pada tahun 2011 silam. Tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh para kelompok penyandang disabilitas dalam dunia kerja menjadi salah satu inspirasi terbesar Angkie mendirikan Thisable Enterprise dengan memberdayakan kelompok disabilitas di Indonesia agar memiliki kemampuan, keterampilan, dan berakhir dengan menyalurkannya ke dunia kerja khususnya dalam industri ekonomi kreatif.
Thisable Enterprise kini telah berkembang menjadi sebuah grup yang menaungi Thisable Foundation, Thisable Recruitment, serta Thisable Digital. Melalui perusahaan-perusahaan tersebut, Angkie menyediakan pelatihan bagi penderita disabilitas agar dapat bekerja secara profesional.
Terlahir dengan kondisi normal, Angkie kehilangan pendengarannya ketika usianya menginjak 10 tahun. Saat itu ia terserang demam tinggi karena penyakit malaria yang dideritanya dan mengharuskan dirinya mengonsumsi banyak antibiotik serta obat-obatan mengalami penurunan fungsi pendengaran sehingga harus menggunakan alat bantu pendengaran.
Kejadian tersebut membuat dirinya terpuruk dan kehilangan rasa percaya diri. Butuh waktu yang lama untuk meyakninkan dirinya bahwa keterbatasan bukanlah sebuah penghalang untuk ia bisa berkarir dan berkarya. Dukungan dari orang tua dan keluarga menjadi salah satu titik balik hidupnya yang perlahan membangkitkan kembali semangatnya. Angkie mengaku bahwa kepercayaan diri itu kembali ia dapatkan saat berusia 20 tahun.
Selain kesibukannya sebagai staf khusus millenial dan aktif dalam berbagai kegiatan, Angkie adalah seorang ibu rumah tangga, istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Ia juga mengaku mengalami kesulitan dan tantangan ketika membesarkan anak-anaknya dengan kondisi yang dialaminya. Namun seiring berjalannya waktu dan sering pertambahan usia anak-anaknya. Angkie mulai bisa memberikan pemahaman kepada anak-anaknya dan menikmati perannya sebagai seorang ibu.
Dengan segala keterbatasan yang ia miliki, Angkie tidak pernah berhenti berjuang dan membuktikan bahwa dirinya dan teman-teman disabilitas lain memiliki peluang yang sama dalam berkarir dengan berbagai paradigma negatif tentang kondisinya sebagai penyandang tuna rungu.
Jika ingin membaca lebih lengkap mengenai profil Angkie Yudistia, Anda dapat membacanya selengkapnya pada profil The Alpha under 40 di majalah HighEnd edisi November 2022.
Photo courtesy of Angkie Yudistia