Share
Tears from Heaven, Eksplorasi Religius dan Isu Perempuan dalam Karya J. Ariadhitya Pramuhendra
Dewi Anggriani Siregar
11 July 2024

Srisasanti Gallery dengan senang hati mempersembahkan "Tears from Heaven," pameran tunggal pertama J. Ariadhitya Pramuhendra di galeri ini.


Pramuhendra mempertahankan posisinya sebagai seniman yang konsisten menggunakan arang dan kanvas. Bisa dikatakan bahwa saat ini dia adalah seniman Indonesia yang paling dikenal dengan lukisan/gambar berbasis arang. Pameran ini menampilkan 2 instalasi dan 11 gambar arang baru di atas kanvas yang dibuat pada tahun 2024. Pramuhendra tertarik pada tema-tema religius—terutama Katolik—di mana simbolisme dan komposisi yang ditemukan dalam karyanya sering merujuk pada Alkitab atau lukisan Renaisans. Namun, dia mendedikasikan pameran ini untuk membahas isu-isu kontemporer seputar perempuan, yang hadir melalui figur-figur mereka yang menjadi subjek utama dalam seri karya ini. Karyanya saat ini berfokus pada kapasitas perempuan di luar peran sosial yang biasanya dibebankan kepada mereka.

EHXIBITION

Judul pameran ini diambil dari karya sentralnya, "Tears from Heaven"—sebuah instalasi yang menyajikan apropriasi patung Pieta karya Michelangelo dengan hujan buatan yang menyerupai air mata yang jatuh dari "surga." "Tears from Heaven" terletak di lantai 1 galeri, dengan pencahayaan dramatis, ditemani oleh lagu "Fall" dari band Islandia, Sigur Ros. Di lantai 2 galeri, Pramuhendra menampilkan instalasi berupa balok kayu besar yang terbakar, ditumpuk seperti sisa-sisa Salib. Judul karya ini, "Calvary"—merujuk pada nama bukit tempat Yesus disalibkan—mengingatkan pada kefanaan eksistensi duniawi. Seperti yang terlihat dalam instalasi, permainan “cahaya dan gelap” adalah kekuatan utama dalam lukisan arang Pramuhendra.

EXHIBITION

Dalam pameran ini, Pramuhendra menciptakan lukisan berukuran 4 x 18 meter, berjudul "In the Quiet Night of The Grand Theater," yang menggambarkan 22 wanita duduk di belakang meja makan panjang, mirip dengan komposisi lukisan "The Last Supper" karya Leonardo da Vinci. Lukisan ini adalah yang terbesar yang pernah dibuat oleh seniman dan dipamerkan oleh galeri. "Tears from Heaven" akan dibuka untuk umum dari 30 Juni hingga 11 Agustus 2024 di Tirtodipuran Link Building B, Yogyakarta. Jam buka pameran adalah Senin – Jumat, pukul 12.00 – 19.00, dan Sabtu & Minggu, pukul 12.00 – 20.00. Pembukaan pameran akan berlangsung pada Sabtu, 29 Juni 2024, pukul 19.00. Katalog pameran dengan teks kuratorial oleh Asmudjo J. Irianto tersedia dalam cetakan terbatas dan juga dapat diakses secara digital.

J. Ariadhitya Pramuhendra

J. Ariadhitya Pramuhendra (lahir 1984, Indonesia) adalah seorang seniman Indonesia yang menonjol dalam kancah seni Asia dengan pendekatan uniknya, memanfaatkan arang dan kanvas untuk menciptakan komposisi realistis namun dramatis. Elemen penting dari karya Pramuhendra berpusat pada potret diri, dengan seniman sering memposisikan dirinya sebagai protagonis atau figur sentral dalam narasinya. Gambar arang berskala besar di atas kanvas melampaui batas konvensional, menggambarkan adegan dari film terkenal, lukisan, dan terutama Alkitab. Prosesnya melibatkan pementasan adegan, memotret mereka, dan kemudian secara teliti mentransfernya ke kanvas hanya dengan menggunakan arang dan jari-jarinya. Pencarian identitas Pramuhendra menjadi pusat dalam karyanya, mendorong pertanyaan introspektif tentang diri, agama, dan peran sosial.

Karyanya berfungsi sebagai komentar tentang identitas nasional yang belum terselesaikan, dipengaruhi oleh perubahan politik, akses media, dan kesadaran kontemporer. Terlatih sebagai pembuat grafis, transisinya ke media kering, terutama pensil arang di atas kertas atau kanvas, menghasilkan gambar grayscale yang intens, teliti, dan kaya. Baik bekerja dengan gambar, instalasi, atau fotografi, ia mempertahankan komitmen pada estetika hitam-putih. Penggunaan chiaroscuro-nya menjadi eksplorasi metaforis, di mana cahaya melambangkan kehadiran ilahi. Seni Pramuhendra mencerminkan tidak hanya kepatuhan religius tetapi juga pengamatan budaya, mengakui sifat sinkretik masyarakat multi-etnis dan multi-agama di Indonesia.