Maestro pelukis Indonesia dikenal tak hanya di Tanah Air, namun telah diakui pula di dunia. Karya mereka, yang dipamerkan di mancanegara pun telah memukau penikmat seni lukis. Indonesia memiliki banyak sekali seniman lukis ternama, Kartono Yudhokusumo adalah salah satunya. Sebagai tokoh penting yang gagasan artistiknya belum banyak dibicarakan, Kartono yang telah banyak menghasilkan karya luar biasa.
Berangkat dari hal tersebut, Komunitas Salihara menyelenggarakan pameran karya dan arsip Kartono Yudhokusumo. Pameran ini bertujuan untuk memperlihatkan beragam karya-karya drawing dari Kartono yang hampir tidak pernah diperlihatkan kepada publik publik. Kartono Yudhokusumo adalah seorang seniman yang lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara, pada 18 Desember 1924, Kartono telah belajar melukis sejak usia belia. Sejak muda ia banyak berguru kepada pelukis-pelukis pemandangan ternama seperti Chiyoji Yazaki, S. Sudjojono, B.J.A. Rutgers dan W.F.M Bosschaert. Dalam perjalannya, Kartono banyak melukis pemandangan, alam benda, bangunan, suasana revolusi, dan objek sehari-hari dengan berbagai medium seperti cat air, pastel, cat minyak, tinta cina, dan masih banyak lainnya.
Dijuluki sebagai Bapak Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia, Asikin Hasan selaku Kurator Galeri Salihara melihat bahwa gaya seni lukis dekoratif Kartono dikarenakan oleh karakteristik lukisannya yang menampilkan detail objek dengan sangat khas. Hal tersebut juga dapat kita lihat dari berbagai studi yang dipajang di pameran tersebut. Dalam karya-karyanya, Kartono banyak menampilkan jarak dan ruang dengan metode perspektif. Hal itulah menurut Asikin Hasan yang membuat Kartono pada akhirnya dijuluki sebagai Bapak Seni Lukis Dekoratif Modern Indonesia.
Kemampuan melukis Kartono sudah diakui sejak usia muda. Hal tersebut juga dibuktikan dengan pelukis Jepang; Chiyoji Yazaki yang memuji dan mengakui bakat melukis Kartono yang luar biasa. Di bawah bimbingan pelukis senior Yazaki, Kartono beberapa kali ikut berkeliling Batavia dan melukis bersama. Di masa pendudukan Jepang, Kartono bahkan sempat mendapat penghargaan dan kesempatan untuk berpameran. Menurut pemberitaan di harian Soeara Asia, 16 Oktober 1943, dalam pameran yang diselenggarakan 12 hingga 26 Oktober 1943 itu dipamerkan 43 karyanya yang dibuatnya selama 8 tahun.
Dalam perjalanannya, Kartono selalu mencatat apapun yang ia temui melalui lukisan. Saat berkunjung ke pameran arsipnya, Anda bisa melihat bagaimana seorang Kartono merupakan seorang penjelajah nomaden yang terus meghasilkan karya tanpa memikirkan soal popularitas. Hal tersebut juga dapat kita lihat pada masa kemerdekaan Indonesia, di mana Kartono menggambar tema-tema perjuangan dan revolusi serta aksi-aksi perjuangan dan keadaan pada saat itu.
Setelah pengakuan kedaulatan di 1949, Kartono pindah ke Bandung dan banyak melahirkan lukisan-lukisan pemandangan dari tempat-tempat yang ia kunjungi. Bahkan di Bandung, Kartono terus menggambar dan melukis pemandangan Bandung dan beragam tempat lain di Jawa Barat dengan mengendarai motor besarnya. Kartono meninggal di usia 33 tahun dan pameran ini akan mengajak kita untuk melihat kekaryaan hidupnya yang terbilang singkat serta mengapresiasi apa yang telah ia tinggalkan untuk sejarah seni rupa Indonesia. Hal lain yang dapat kita lihat dari pameran ini adalah ketekunan seorang Kartono sejak belia hingga beliau meninggal di usia 33 tahun. Kecintaannya terhadap seni membuatnya begitu fokus mendalami hal tersebut sebagai salah satu hal yang ia bawa hingga mati.
Dalam pameran karya dan arsip ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat jejak tradisi, namun juga artikulasi modern dalam banyak lukisannya dan perjalanan hidup seorang Kartono melalui dokumentasi baik berupa gambar, lukisan, artefak, catatan, dan berita tentang dirinya yang dimuat di media massa. Pameran ini berlangsung dari 10 Desember 2023 - 21 Januari 2024 ini akan memperlihatkan, dan pameran kali ini menjadi kesempatan yang tepat untuk melihat harta karun sejarah seni rupa Indonesia. Pameran Kartono Yudhokusumo: Karya dan Arsip mulai dibuka untuk umum dari 10 Desember 2023 - 21 Januari 2024 dengan jam buka Selasa-Minggu dari 11:00 - 19:00 WIB. Pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket melalui tiket.salihara.org atau datang langsung dengan biaya masuk Rp35.000 (Umum) dan Rp25.000 (Pelajar).
Photos: Rahfalia Zaenh