Share
“Leonardo da Vinci and the Perfumes of the Renaissance”: Kupas Obsesi sang Seniman terhadap Parfum
Putrika Annaya Salsabila
04 September 2024

Siapa yang menyangka bahwa sang pelukis legendaris Leonardo da Vinci ternyata memiliki obsesi terhadap dunia wewangian?


Leonardo da Vinci mungkin lebih dikenal sebagai pelukis jenius di balik Mona Lisa atau sebagai penemu yang merancang mesin terbang jauh sebelum zamannya. Namun, ada sisi lain dari da Vinci yang jarang terungkap: obsesinya dengan wewangian.

Sisi tersembunyi ini kini disingkap dalam pameran bertajuk "Leonardo da Vinci and the Perfumes of the Renaissance" yang berlangsung di Château du Clos Lucé, Amboise, Prancis.

Kisah ini dimulai ketika da Vinci diundang oleh Raja Francis I untuk tinggal di Amboise, sebuah kota di Prancis yang menawan, pada tahun 1516. Raja Francis yang terpikat dengan kejeniusan da Vinci memberinya gelar "Pelukis, Insinyur, dan Arsitek Utama Raja”.

Da Vinci kemudian menetap di Clos Lucé, sebuah mansion yang tidak jauh dari Château d’Amboise milik Raja. Di sinilah ia menghabiskan sisa hidupnya, merancang berbagai inovasi, termasuk parfum-parfum unik yang menjadi fokus pameran ini.

da vinci 1

Pameran ini lebih dari sekadar visual, menawarkan pengalaman multisensori yang memungkinkan pengunjung tidak hanya melihat tetapi juga mencium dan merasakan dunia Renaisans melalui wewangian. Da Vinci, yang dikenal sebagai seorang yang perfeksionis, menyamakan seni mencium dengan penglihatan dan pendengaran, sebuah pendekatan ilmiah yang ia tuangkan dalam catatan pribadinya.

Dalam Codex Forster, da Vinci menulis resep-resep parfum, termasuk teknik distilasi yang teliti, seperti distilasi kulit jeruk hingga mencapai kesempurnaan.

Wewangian pada masa Renaisans memiliki peran yang penting, mulai dari penyegar udara hingga pelindung dari penyakit yang dipercaya menyebar melalui udara buruk. Da Vinci tidak hanya menciptakan parfum, tetapi juga merancang alat pembakar wewangian yang unik, seperti oiselet de cyphre, sebuah perangkat berbentuk burung kecil yang digunakan untuk membakar parfum.

Rekonstruksi modern dari alat ini dapat dilihat dalam pameran, bersama dengan tulisan tangan da Vinci yang menjelaskan proses pembuatannya.

da vinci 2

Lebih jauh, pengunjung juga diajak untuk menikmati aroma dari kalung hitam berlapis amber yang dikenakan oleh Lady with an Ermine, sebuah lukisan ikonis karya da Vinci yang memancarkan aroma manis yang membumi. Pengalaman ini seolah membawa kita lebih dekat dengan dunia yang pernah dihidupi oleh da Vinci, menghubungkan seni visual dengan dimensi penciuman yang jarang dibahas.

Pameran ini juga menyingkap kemungkinan bahwa ketertarikan da Vinci pada wewangian mungkin diwariskan dari ibunya, Caterina. Sebuah teori yang diajukan oleh Carlo Vecce, seorang profesor sastra Italia dan kurator utama pameran, menunjukkan bahwa Caterina, yang asal usulnya misterius, mungkin berasal dari Kaukasus dan dibawa ke Italia melalui Konstantinopel.

Sepanjang perjalanannya, ia kemungkinan besar terpapar budaya parfum dari berbagai tempat, mulai dari pasar-pasar rempah di Konstantinopel hingga toko-toko Spezieri di Venesia, di mana rempah-rempah eksotis seperti lada, mur, dan kayu manis diperdagangkan.

da vinci 3

Meskipun sepertinya ada jurang antara karya da Vinci sebagai pelukis dan minatnya pada parfum, ada benang merah yang menghubungkan keduanya. Teknik-teknik yang digunakan Leonardo untuk mencampur cat ternyata juga diaplikasikan dalam proses pembuatan wewangian. Salah satu muridnya bahkan dikenal menggunakan campuran kuning telur, minyak biji rami, dan minyak rosemary, yang diolah dengan metode yang sama seperti saat mereka menciptakan karya seni.

Pameran ini akan berlangsung hingga 15 September, menjadi peluang langka untuk menyelami kehidupan dan karya Leonardo da Vinci dari sudut pandang yang sangat berbeda.