Gajah Gallery Jakarta mengambil langkah signifikan dengan menghadirkan Possession: To Have & To Hold (Kepemilikan: Untuk Dimiliki dan Dipertahankan), pameran kelompok perdana yang menampilkan seniman kontemporer dari Filipina.
Pameran yang dikuratori oleh Joyce Toh ini, menelaah lebih jauh mengenai konsep kepemilikan yang rumit dan beranekaragam, serta mengeksplorasi dorongan manusia untuk mengelilingi dirinya dengan benda dan hal-hal, kemudian menawarkan interpretasi yang melampaui dari sekedar kepemilikan atau fungsi dari suatu benda.
Acara ini akan dihadiri oleh Duta Besar Filipina untuk Republik Indonesia, H.E. Gina A. Jamoralin, sebagai tamu kehormatan. Selain itu, Seniman Nasional Filipina Benedicto Cabrera (BenCab), dan Mark Justiniani (perwakilan Filipina di paviliun Venice Biennale 2019) akan turut hadir di Jakarta untuk pembukaan pameran pada 10 Agustus 2024.
Pameran ini adalah presentasi penting karena tidak hanya menekankan resonansi historis antara Indonesia dan Filipina tetapi juga menyoroti kekuatan mereka sebagai pusat seni kontemporer. Melainkan sebagai bagian dari komitmen berkelanjutan kami untuk mendorong pertukaran budaya, Possession merupakan bentuk pengembangan dari kerja kolaborasi kami yang telah sukses sebelumnya, yaitu pameran seniman Filipina di Gajah Gallery Singapura pada bulan Oktober 2023. Selain itu, Upaya ini telah menghasilkan representasi yang berkelanjutan dalam art fair internasional dan biennale, yang semakin mengukuhkan kehadiran seni Asia Tenggara di panggung global.
Beberapa seniman Filipina yang berpartisipasi dalam pameran ini telah terlibat dalam kolaborasi intensif dengan foundry kami, Yogya Art Lab (YAL) di Yogyakarta. Kemitraan ini telah menghasilkan revitalisasi kreatif, memberdayakan para seniman untuk menciptakan karya menggunakan perunggu dan material eksperimental baru. Pertukaran ide dan teknik yang terjadi di YAL tidak hanya meningkatkan praktik artistik individu para seniman yang terlibat, tetapi juga memicu pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap warisan artistik masing-masing antara seniman dan YAL.
Bingkai kurasi pada karya-karya yang hadir dalam pameran ini akan menyoal tentang hubungan kita dengan konsep kepemilikan, baik dalam segi materiel maupun non-materiel; fungsi simbolis yang berperan dalam menandai waktu dan ruang. Hal ini tidak hanya berbicara tentang kekerabatan regional antara Indonesia dan Filipina, tetapi juga tentang gejala manusia yang lebih luas: kecenderungan untuk membentuk identitas, status, dan aspirasi di sekitar kepemilikan meteriel dan keterikatan pada benda. Sebagaimana kita yang memiliki ketertarikan pada benda atau barang di luar kebutuhan karena alasan sentimental atau estetika, pameran ini mendorong untuk mempertanyakan hal tersebut, apakah kita memiliki harta benda kita atau harta benda itu yang memiliki kita? sehingga kita dapat menggarisbawahi peran kuat harta benda dalam kehidupan kita.