Share
Ad Maiora, Tiga Seniman Muda Gelar Pameran Perdananya di D Gallerie Jakarta
Dewi Anggriani Siregar
17 July 2024

Seniman Clasutta, Zita Nuella, dan Tusita Mangalani membuka pameran perdana mereka, bertajuk Ad Maiora pada Jumat, 12 Juli 2024 di D Gallerie, Jakarta Selatan.


Ad Maiora mempersembahkan 3 rangkaian seri lukisan yang menggabungkan berbagai media artistik seperti cat minyak, arang, cat akrilik, manik, dan sulaman. Pameran ini tidak hanya mengeksplorasi teknik media di atas kanvas, tetapi juga mengungkapkan inti pemikiran para seniman. Dari pengamatan intim Clasutta tentang kehidupan sehari-hari di tempat kerja, hingga refleksi mendalam Zita Nuella tentang kesepian, serta perjuangan batin Tusita Mangalani dalam menghadapi kekacauan pikirannya. Setiap warna dan goresan kuas menyampaikan narasi visual yang menghubungkan momen kecil dalam kehidupan sehari-hari dengan tema-tema universal yang lebih besar.

Ad Maiora ini sekaligus menandai penutupan program ke tujuh dari Atreyu Moniaga Project: Mixed Feelings dan dalam rangka memperingati satu dekade keberadaan inisiatif independen ini dalam mendukung seniman muda di Jakarta. Atreyu Moniaga, pendiri AMP dan seorang mentor, menyampaikan pemikirannya, “Sebagai manusia, kita sering merasa cepat puas dan takut untuk memiliki ambisi besar karena kita merasa tidak punya kemampuan yang cukup,” ujar Atreyu Moniaga selaku penggagas AMP dan mentor. Ia menambahkan, “Proyek ini mengingatkan saya betapa sukses tidak hanya perlu diukur dari kemampuan teknis saja. Sukses juga sangat bergantung dari kemampuan kita melampaui perjalanan bertumbuh – yang berarti, harus berani untuk keluar dari zona nyaman dan mau terus belajar memperbaiki diri.”

Proses inkubasi dan pameran Atreyu Moniaga Project: Mixed Feelings – Ad Maiora turut melibatkan Nin Djani, Wilhemus Willy, Venerdi Handoyo, dan Joshua Agustinus Andrias sebagai kolaborator. Acara pembukaan pameran diisi dengan sambutan dan sesi tur galeri bersama seniman beserta Christie Leonardi, Jayne Oentoro, Mandy CJ, Mbetand, Nikolas Adia, Raihan Prabowo, Rizkyamom, Shuxxi, dan Vicky Angkasa. Selain itu, aka nada pula sesi Bincang Seniman pada Minggu, 21 Juli 2024. Pameran Ad Maiora akan berlangsung selama tiga minggu mulai dari 13 Juli hingga 1 Agustus 2024. Pameran dibuka untuk umum tanpa pungutan biaya tiket masuk.

Atreyu Moniaga Project (AMP) digagas pada tahun 2013 oleh Atreyu Moniaga sebagai inisiatif independen untuk mendukung seniman muda merintis karir di dunia seni dan kreatif di Jakarta. Melalui dua jenis program: Mixed Feelings bagi pelukis, illustrator dan perancang grafis, dan ST/ART bagi fotografer, AMP berjalan sebagai inkubasi intensif yang berlangsung selama enam bulan hingga satu tahun. Setiap seniman tidak hanya aktif dalam membuat karya, tetapi juga dituntut untuk terlibat langsung dalam pembuatan pameran kelompok dan menerbitkan buku yang mendokumentasikan perjalanan inkubasi mereka. Dalam prosesnya, mereka belajar untuk bekerja sama secara kolaboratif dan mengelola tantangan yang muncul ketika bekerja dengan orang banyak, seperti kendala komunikasi, menerima kritik, hingga anggaran, logistik, dan bekerja sesuai tenggat waktu.

Mixed Feelings adalah program inkubasi di bawah naungan Atreyu Moniaga Project bagi pelukis, ilustrator, dan perancang grafis muda. Dalam Mixed Feelings, para partisipan – atau kerap disebut “rangers” – tidak hanya diajak mengasah kemampuan teknis, tetapi juga melebarkan wawasan mereka tentang kepemimpinan, manajemen, komunikasi publik, pemasaran diri (personal branding), bisnis seni, dan masih banyak lagi. Kemampuan tersebut menjadi bekal mereka sebagai seniman profesional pendatang baru di dunia seni yang dinamis. Sejak 2013, Mixed Feelings telah memperkenalkan sejumlah seniman muda ternama, di antaranya WD Willy, Liffi Wongso, Hwang T., dan Juju Sant.

CLASUTTA

Clasutta mengungkapkan bahwa dalam proses pembuatan karyanya, ia mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah mencari medium yang cocok. Ia awalnya menggunakan cat air, tetapi menyadari pentingnya mencoba hal baru, sehingga mencoba cat minyak untuk pertama kalinya. Semua kebuntuan yang terjadi akhirnya teratasi dan terbayarkan. Di kantor, ia sering menemukan inspirasi saat jam kerja dan mencoba menemukan inspirasi dari kepanikan dan pikiran-pikiran yang berkecamuk.

TUSITA MANGALANI

Sementara itu, Tusita Mangalani menyatakan bahwa inspirasi dari karyanya berasal dari sifatnya yang sangat sering overthinking. Ia merasa bahwa orang yang overthinking mengalami banyak kekangan, dan tema ini menarik karena ia yakin semua orang pernah berada dalam fase tersebut. Menurutnya, fase ini adalah bagian yang harus dilalui untuk maju ke depan. Seluruh koleksinya menggambarkan dirinya yang suka overthinking dengan masing-masing karya memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda-beda. Ia berharap bahwa dari pikiran-pikiran tersebut, karyanya dapat menginspirasi banyak orang.

ZITA NUELLA

Lebih lanjut, Zita Nuella dalam karyanya juga mencoba menggali hubungan mendalam antara diri batiniah dan reaksi fisik terhadap berbagai perasaan dan fase dalam hidup seperti rasa sepi dan lain sebagainya yang sering menghantui namun pada akhirnya harus diterima dan menjadi salah satu bagian pembelajaran hidup terpenting. Menjelajahi kedalaman kesendirian, Zita berusaha mengekstrak esensi kehidupan dan menerjemahkan gerak tubuhnya menjadi karya seni yang menawan.