Share
50 Best Talks: Kitchen Karma
Larasati Oetomo
25 June 2019

World’s 50 Best Restaurants mempersembahkan 50 Best Talks: Kitchen Karma sebagai salah satu rangkaian acara dari 2019 World’s 50 Best Restaurants Awards.


Mengundang chef kondang dunia, di antaranya Eric Ripert (Le Bernardin), Ana Roš (Hiša Franko), Massimo Bottura (Osteria Francescana), Daniela Soto-Innes (Cosme dan Atla), dan Tetsuya Wakuda (Tetsuya’s dan Waku Ghin), 50 Best Talks kembali menghadirkan perbincangan menarik perihal dunia kuliner yang tidak kasat mata. Kali ini, kelima chef yang merajai daftar World’s 50 Best dari tahun ke tahun menguak sisi lain dari dapur restoran: kemanusiaan.

Sekitar 200 pengunjung lokal maupun internasional hadir di Marina Bay Sands Exhibition Hall, Singapura, pada hari Minggu (23/06) untuk menyaksikan gelar wicara yang dimoderatori oleh Anita Kapoor dan didukung oleh Miele ini. Sebagian dari mereka juga menikmati sajian koktil pascaacara. Apa saja yang HighEnd pelajari dari gelaran kuliner yang pertama kali disajikan di Asia ini?

Tentu ketika kita berbicara tentang dapur, kita tidak hanya bicara tentang resep dan bahan; lebih dari itu, kita membicarakan tentang orang-orang di belakang layar yang menyajikan seni dalam setiap suapannya. Ripert berbicara tentang bagaimana kerasnya dunia kuliner di masa lalu hingga transformasi dapur sebagai tempat yang membahagiakan bagi pekerjanya. Mantan penyandang gelar World’s Best Female Chef, Ana Roš, menampikkan bagaimana dapur dapat menjadi tempat yang ‘hidup’ bahkan ketika ia terpencil dan didera suhu ekstrem.

Pemegang tongkat estafet dari World’s Best Female Chef, Soto-Innes, menggambarkan bagaimana ia mentransformasi dapurnya menjadi tempat yang menguatkan terutama bagi wanita, terlepas dari usia dan rasnya. Massimo Bottura, di lain pihak, berbicara bagaimana dapur dapat memberi makan bagi mereka yang kelaparan dengan program Food For Soul yang digawanginya bersama sang istri. Program ini memiliki visi untuk mereduksi ekses makanan dan mengolahnya menjadi panganan layak bagi yang membutuhkan.

Bukanlah hal yang muluk ketika para narasumber menyebutkan bahwa dewasa ini, chef dan juru masak lebih dari sekadar mesin pengolah resep—mereka adalah individu yang memahami dirinya sendiri, termotivasi, dan berkembang. Misi dari kelima chef andal ini adalah mengomunikasikan sisi manusiawi tersebut kepada penikmat kuliner dan orang-orang yang membutuhkan.

Isu yang disampaikan oleh kelima chef menggarisbawahi zeitgeist dari isu sosial yang mengguncang dunia dalam satu dekade terakhir: respek, inklusivitas, dan kesejahteraan emosional individu. Tiap chef memiliki caranya yang unik untuk memberikan dampak positif pada skena kuliner dan sosial yang seluruhnya berawal dari dapur dan koki yang bahagia.

FOTO World’s 50 Best Restaurants