Jurnalis senior Tommy Tjokro berbagi kisah tentang karir jurnalistiknya yang jauh dari kata mulus.
News anchor dari Seputar iNews RCTI dan host dari THE ALPHA LIVE HighEnd Magazine ini menyimpan banyak kisah menarik dibalik perpindahan karirnya dari pemasaran ke jurnalistik. Moderator debat capres 2019 lalu ini perlu waktu 1 tahun untuk memastikan bahwa dunia jurnalistik adalah panggilannya.
Tommy memulai karir sebagai reporter di lapangan; sebuah pengalaman yang selalu dia hargai. “Saya tidak pilih-pilih dan memastikan saya selalu siap mengabadikan berita. Bagi saya, saat itu, perasaan menjadi salah satu yang pertama berada di sana, menyaksikan segalanya, dan mempersembahkan kisah tersebut kepada publik adalah yang paling saya hargai.”
“Di sanalah saya belajar merumuskan konten jurnalistik yang — selain idealisme pribadi kami — peka terhadap dampak yang dapat ditimbulkannya kepada publik,” ucap bapak dari dua anak ini. “Banyak orang percaya bahwa jurnalis harus netral, tapi itu mustahil. Kalimat yang tepat adalah: jurnalis harus independen, tapi tidak netral. Kita semua memiliki pandangan dan itu tidak bisa netral; Ini adalah masalah kedewasaan kita sebagai jurnalis yang menentukan kapasitas kita untuk memfilter, mengarahkan, dan menyusun konten berkualitas yang tidak menyesatkan publik.”
Lalu, bagaimana beliau memandang jurnalisme kini, dibandingkan saat ia memulai dan berkembang?
“Kami memiliki beberapa pertanyaan tersisa untuk dijawab setiap pembawa berita hari ini: bagaimana kami dapat membuat tayangan berita sesuatu yang menarik? Bagaimana kita, misalnya, membuat topik yang terkesan berjarak seperti 'ekonomi' menjadi sesuatu yang seksi untuk ditonton semua orang? Tentu saja ini bukan masalah kontennya. Ini sangat bergantung pada pembawaan, baik pada tingkat pribadi oleh host maupun pada tingkat produksi. "
Terkait hal ini, Tommy memilih David Ingles dari Bloomberg Asia dan Richard Quest dari CNN International sebagai contoh kepribadian yang menarik di layar. “Pembawa berita saat ini harus bersaing dengan pembuat konten dari platform digital, dan itu adalah tugas yang sulit kecuali kita menguasai seni branding pribadi, baik di dalam dan di luar layar,” katanya.
Dengan visi tersebut, Tommy bekerja sama dengan temannya Clara Tampubolon untuk membuat sekolah public speaking bernama Sepikul. Mereka bekerja sama dengan sesama jurnalis dan pakar media untuk membantu orang dan organisasi mengembangkan keterampilan komunikasi dan menciptakan kepribadian yang kuat.
Tonton wawancara eksklusif bersama Tommy Tjokro soal THE ALPHA oleh HighEnd Magazine:
FOTO Febi Ramdhan | PENGARAH GAYA Bung Bung Mangaraja | TATA RIAS Medina | TATA RAMBUT Opick Mano | BUSANA Tommy Hilfiger, Calvin Klein Jeans