Di era digital dan pandemi global, tingkat stres masyarakat meningkat drastis, membuat coping mechanism semakin penting. Strategi ini membantu individu beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang muncul, sekaligus mendukung kesehatan mental yang lebih baik.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental juga meningkat, mendorong diskusi terbuka tentang strategi yang efektif untuk mengelola stres. Memahami dan menerapkan coping mechanism yang adaptif dapat membantu individu menjalani hidup yang lebih sehat dan seimbang, serta lebih siap menghadapi tantangan apapun yang datang.
Coping mechanism sendiri merupakan istilah yang merujuk pada strategi atau teknik yang digunakan seseorang untuk menghadapi, mengelola, dan mengatasi stres, tekanan, atau situasi sulit dalam kehidupan. Dalam beberapa waktu terakhir, konsep ini tengah ramai diperbincangkan, terutama di media sosial dan platform kesehatan mental, karena semakin banyak orang yang mencari cara untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Holahan dan Moos pada tahun 1987 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, mekanisme koping terbagi menjadi dua jenis, yaitu active coping dan avoidant coping. Active coping adalah kondisi pengelolaan emosi di mana orang yang mengalaminya sadar bahwa mereka mengalami stres dan tahu apa penyebabnya. Kemudian ia akan mulai mengambil langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Avoidant coping yaitu jenis mekanisme koping di mana seseorang cenderung menghindari masalah yang menyebabkan stres atau mengabaikannya.
Mengapa coping mechanism penting? Karena strategi ini membantu individu:
- Mengelola stres dan menjaga keseimbangan mental
- Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan mental
- Menghadapi tantangan secara lebih konstruktif
- Mencegah burnout akibat stres yang berkepanjangan
Contoh coping mechanism yang sehat meliputi merawat diri, melakukan hobi, berolahraga, dan menulis jurnal. Sementara itu, coping mechanism yang tidak sehat meliputi konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat, dan perilaku merusak diri