Talkshow Perempuan Inovasi 2025 menyoroti peran strategis perempuan dalam membentuk ekosistem AI yang inklusif, beretika, dan berdampak sosial melalui kolaborasi lintas sektor.
Puncak rangkaian Perempuan Inovasi 2025 ditandai dengan Demo Day yang juga menghadirkan talkshow bertajuk “Kekuatan Perempuan dalam Transformasi Profesi di Era AI”. Diskusi ini menjadi ruang refleksi sekaligus ajakan kolaboratif untuk memperkuat peran perempuan dalam membentuk masa depan teknologi yang inklusif dan berorientasi pada dampak sosial.
Talkshow tersebut menghadirkan narasumber lintas sektor, mulai dari perwakilan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Yayasan Dian Sastrowardoyo, hingga IBM Indonesia. Diskusi menyoroti urgensi kehadiran perempuan dalam ekosistem Artificial Intelligence (AI), tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi sebagai pengambil keputusan, inovator, dan pemimpin perubahan.
Dalam diskusi, para pembicara sepakat bahwa perkembangan AI yang pesat harus diimbangi dengan perspektif yang beragam. Perempuan dinilai memiliki peran strategis dalam memastikan teknologi berkembang secara adil, ramah gender, dan beretika. Kolaborasi antara pemerintah, industri, komunitas, dan organisasi non-profit menjadi kunci untuk membuka jalur karier yang lebih jelas dan setara bagi perempuan di bidang STEM.
Dian Sastrowardoyo, Founder Yayasan Dian Sastrowardoyo, menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan sangat relevan di era disrupsi digital. Menurutnya, perempuan membawa empati, kepekaan sosial, dan cara pandang yang melengkapi kecerdasan teknis dalam pengambilan keputusan berbasis teknologi. Ia menekankan pentingnya keberanian perempuan untuk terus belajar, beradaptasi, dan mengambil peran strategis agar masa depan digital dibangun dari perspektif yang inklusif dan beragam.
Sementara itu, perwakilan Kemendikdasmen RI menyoroti peran pendidikan vokasi dalam menyiapkan perempuan menghadapi transformasi profesi di era AI.
Pendidikan yang aplikatif, berbasis proyek, dan selaras dengan kebutuhan industri dinilai mampu membekali perempuan dengan keterampilan digital, sekaligus kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif. Dengan dukungan sejak tahap pendidikan, perempuan tidak hanya mengikuti perubahan teknologi, tetapi turut menentukan arahnya.
IBM Indonesia dalam kesempatan yang sama menekankan pentingnya literasi AI sebagai kompetensi dasar. Kehadiran perempuan dalam ekosistem AI dipandang krusial untuk menghadirkan pendekatan human-centered dan meminimalkan bias dalam pengembangan teknologi. Dengan pemahaman AI yang kuat, perempuan memiliki peluang besar untuk memimpin inovasi yang bertanggung jawab dan berdampak luas.




