Bulan April lalu, British Fashion Council (BFC) mengumumkan bahwa pihaknya akan menggelar pekan mode secara sepenuhnya virtual pada periode men’s fashion week Juni ini.
Parade fesyen virtual ini akhirnya digelar pada akhir pekan lalu mulai dari tanggal 12 hingga 14 Juni 2020. Acara ini menjadikan London sebagai yang pertama di antara 4 ibu kota mode dunia yang berhasil menggelar pekan mode dalam format sepenuhnya virtual.
Lebih dari pameran pakaian, publik lebih dibuat penasaran oleh bagaimana pameran mode digital ini akan digelar. Tak ada catwalk; panggung utama dalam setiap gelaran mode ini digantikan oleh peran film, podcast, diskusi siaran langsung, bahkan afterparty virtual. Bukan desainer, acara ini justru dibuka oleh pembacaan puisi seorang pujangga James Massiah yang dengan cerdas merespons isu global pandemi dan rasisme di AS dalam sebuah iterasi sepanjang 2 menit.
Meskipun digelar pada slot men’s fashion week, seluruh media kompak menyebutkan bahwa London Fashion Week kali ini digelar dengan tema ‘gender neutral’. Pun pada edisi ini Anda tidak perlu muluk-muluk mengharapkan kampanye digital dari desainer-desainer bernama besar. Pekan mode virtual ini didominasi oleh desainer-desainer muda dan relatif baru, termasuk mahasiswa salah satu kampus mode terbaik dunia Central Saint Martins, catwalk challenge bertema ‘BFC Foundation Fashion Fund for the Covid Crisis’, hingga film dari platform mode daring Farfetch. Selain ‘belanja’ konten interaktif dan menonton gelaran mode via live streaming, pengunjung londonfashionweek.co.uk juga dapat langsung berbelanja koleksi yang dipamerkan.
Meskipun tren gelaran mode digital tengah merebak, mayoritas rumah mode sendiri masih sedikit kelabakan untuk menyesuaikan industri ke platform yang benar-benar berbeda. Mungkin itulah sebabnya tak banyak perancang bernama besar yang turut andil dalam gelaran kali ini.
Beberapa berpendapat bahwa platform digital membuat mode lebih mudah diakses, praktis, dan hemat sumber daya. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor dalam dunia mode yang membuatnya sulit digantikan sepenuhnya dengan solusi digital. Terdapat sensasi yang jauh berbeda dari mengamati sebuah kampanye mode secara langsung dibandingkan melihat film di layar kecil ponsel pintar. Film pendek koleksi resort 2021 Chanel di Capri, misalnya, disebut oleh The New York Times “mengecewakan pada banyak lapisan”.
Sebelum London, Shanghai sudah terlebih dahulu menghelat event serupa sebagai respons dari pandemi corona beberapa bulan lalu. Gelaran tersebut sukses menarik 11 juta penonton. Setelah ini, Paris dan Milan akan menyusul dengan virtual fashion week bulan Juli mendatang. Beberapa brand berencana untuk menciptakan pengalaman walk-through privat untuk pengamat dan pembeli yang dipandu oleh perancang via konferensi video. Terdapat kemungkinan bahwa beberapa acara catwalk akan dapat dijalankan di depan penonton dengan jumlah minimum pada slot pekan mode berikutnya di Paris.