Dengan segala pengaruh dan kontribusinya di lanskap fashion, Simon Porte Jacquemus diberi gelar oleh Kementerian Kebudayaan Prancis.
Simon Porte Jacquemus baru saja meraih gelar Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres, menjadikannya desainer termuda dengan gelar tersebut.
Penghargaan Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres, atau Knight of the Order of Arts and Letters, diberikan padanya atas jasa dan kontribusinya pada industri mode. Upacara penghargaan berlangsung dengan penuh makna di markas baru Jacquemus di Paris.
Momentum ini bukan hanya merayakan pencapaian dalam dunia mode, tetapi juga menjadi momen kebersamaan di tengah hiruk pikuk Paris Fashion Week.
Tokoh ternama seperti Laetitia Casta, Carine Roitfeld, Amanda Lear, Amina Muaddi, dan Tina Kunakey turut hadir, bersama anggota keluarga Jacquemus yang tercinta, termasuk neneknya, Liline, dan suaminya, Marco Maestri. Semua berkumpul untuk merayakan perjalanan inspiratif sang desainer selama Paris Fashion Week.
Delphine Arnault, ketua dan chief executive officer Christian Dior Couture, sekaligus penggerak di balik LVMH Prize for Young Designers, hadir memberikan dukungan kepada Jacquemus. Sementara itu, Anna Wintour memberikan penghargaan kepada Jacquemus atas nama mantan Menteri Kebudayaan Prancis Roselyne Bachelot.
Anna Wintour, dengan kecerdasannya yang khas, mengungkapkan kisah sukses Jacquemus yang dimulai dengan pemberontakan terhadap norma-norma konvensional.
“Kisah Simon adalah kisah seorang pemuda yang memulai labelnya dengan menantang konvensi, mendengarkan teman-temannya dan hatinya sendiri. Alih-alih memasuki dunia bisnis dengan cara konvensional, meraih gelar, bekerja dengan desainer terkenal, ia tampil di panggung dengan menggunakan segala cara untuk menarik perhatian,” ucapnya dengan penuh kagum.
Dalam perjalanan 15 tahunnya, Jacquemus berhasil membangun penggemar setia dengan estetika Mediterania yang sensual dan penuh warna. Kesuksesannya menciptakan kegilaan global untuk tas mikro, khususnya Chiquito handbag, termasuk versi mini yang muat di telapak tangan.
Anna Wintour dengan cerdas mencatat, "Jika ada di antara kita yang bertanya-tanya mengapa dia mendesain aksesori begitu kecil, kita sekarang punya jawabannya: itu untuk meletakkan medali ini."
Pernyataan tersebut disambut dengan tawa riuh dari para tamu.
“Dia adalah desainer Prancis baru yang kreatif dan berwirausaha, selalu fokus pada rasa komunitas,” tambahnya dengan penuh apresiasi, sambil menyematkan medali ke jaket Jacquemus.
Desainer berusia 34 tahun itu mengungkapkan terima kasih kepada Anna Wintour dalam bahasa Inggris dan menghormati ibunya, Valérie, yang meninggal saat ia berusia 18 tahun. Ia kemudian melanjutkan pidatonya dalam bahasa Prancis, bercerita bagaimana ibunya selalu mendukungnya, bahkan ketika ia diintimidasi di sekolah karena keunikan dirinya.
"Saya tidak pernah berhenti bermimpi. Jika saya bisa bertemu dengan Simon berusia 18 tahun, saya akan memeluknya dan mengatakan bahwa yang terbaik masih akan datang," ungkapnya dengan penuh haru.
Jacquemus menekankan bahwa perjalanannya tidak mudah, meskipun mendapatkan dukungan awal dari pers mode, ia kesulitan mendapatkan pengakuan di industri. Ia mendorong para tamu untuk mendukung dan membimbing bakat muda lainnya.
"Saya tidak pernah meninggalkan apapun kepada kebetulan. Saya tidak pernah berhenti, tidak memberi diri saya istirahat sejenak pun. Saya selalu menolak meragukan diri sendiri. Saya tidak punya waktu atau cara. Saya harus melakukannya," kenang Jacquemus dengan tekadnya.
Dalam jawabannya kepada pertanyaan tentang bagaimana rasanya menjadi perancang mode dari keluarga petani, ia menyampaikan jawaban yang sederhana, tapi penuh makna, "Di rumah, tidak ada yang memberitahu saya itu tidak mungkin."